Di Bawah Bianglala
Syabaharza-screenshot-
Mendengar kata-kata cacing tanah, semua tertawa. Mereka baru sadar kalau cacing tanah tidak mempunyai sesuatu yang bisa dijadikan sebagai isyarat. Karena cacing tanah tidak mempunyai tangan dan kaki, jadi ia bergerak dengan cara meregangkan otot-otot di tubuh mereka.
Sesi tertawa semua peserta terhenti karena melihat ekspresi cacing tanah yang tampaknya tersinggung. Sambil berusaha untuk menghentikan tertawanya, anjing hitam melanjutkan introgasi kepada peserta yang lain.
“Kalau kau dan siput tua tidak setuju juga ya?” anjing hitam bertanya kepada kuman yang tadi juga tidak memberikan isyarat apapun.
“Aku setuju, tapi aku sama seperti cacing tanah tidak bisa memberi isyarat yang dapat kalian lihat,” jawab kuman.
“Oke, kalau kamu siput tua?” tanya anjing hitam kepada siput tua.
“Kalau aku, abstain,” jawab siput tua.
Setelah semuanya mengutarakan pendapat masing-masing. Terlihat jelas bahwa di antara mereka ada yang pro dan kontra terhadap bangunan wahana tersebut. Anjing hitam, tikus curut, dan cacing tanah masuk ke golongan yang kontra. Sedangkan kucing orange dan kuman berpihak ke golongan yang pro dan siput tua masuk ke dalam golongan putih (golput).
“Sekarang aku ingin tahu alasan masing-masing memilih pihak pro dan kontra,” anjing hitam kembali memulai introgasi.
“Kalau aku, kucing orange, tikus curut dan siput tua tidak perlu ditanya lagi, karena kemarin kami sudah mengutarakan alasan,” sambung anjing hitam.