Senin, 23 Des 2024
Network
Beranda
Headline
Pangkalpinang
Politika
Daerah
Bangka
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Bangka Barat
Belitung
Belitung Timur
Komunikasi Bisnis
Advetorial
Kolom
Catatan Politik
Bahasa
History
Taring
Soccer
Lainnya
Gadget
Hiburan
Literasi
Kesehatan
Nasional
Opini
Network
Beranda
Literasi
Detail Artikel
CERPEN RUSMIN SOPIAN: Perempuan Penari
Reporter:
|
Editor:
Budi Rahmad
|
Minggu , 22 Dec 2024 - 08:15
ilustrasi literasi--
cerpen rusmin sopian: perempuan penari "kalau ibu meninggal, kamu harus menggantikan ibu sebagai seorang penari. kamu harus menari untuk menghibur warga yang butuh hiburan. berikan mereka kebahagiaan walaupun cuma lewat tarianmu.” suara ibunya terdengar lirih. bahkan hampir tidak menembus gendang telinganya. perempuan muda itu terdiam. matanya memerah menahan kesedihan melihat ibunya yang tinggal tulang belulang. wajah ibunya layu bagaikan daun kering yang dilahap cahaya matahari. dulu pesona kecantikan ibunya tak tertandingi. kemasyhuran namanya sebagai penari menembus hingga ke kampung-kampung terluar. bahkan mampu menaklukkan hati para pembesar dari berbagai pelosok untuk blusukan ke kampung demi melihat dirinya tampil di atas panggung. gerakan tubuhnya saat menari di atas panggung sangat luwes. memesona para penyaksi. sementara tangan-tangan jahil berusaha menjamahnya dengan saweran. suara-suara nakal membisikkan hamparan harapan di telinganya. kini, semua itu hanya catatan memori. kenangan kehidupan. sebagai catatan sejarah kehidupannya sebagai manusia. hanya dalam tempo sejenak, sepertinya ibunya akan kembali ke pangkuan sang maha pencipta. mata sedihnya menatap keluar jendela. tatapannya menjalang ke arah sebuah pohon manggis yang rindang yang tumbuh di belakang rumah mereka. seiring terhentinya nafas kehidupan sang ibu. narasi sakral pun menggema. "innalilahi wa innailaihi rojiun" menggetarkan semesta. alam bersedih sebagaimana kesedihan menguyur seluruh tubuhnya. cahaya rembulan menggairahkan. kerlap-kerlip bintang mengornamen malam. perempuan penari itu mengguncangkan pentas hiburan di acara pernikahan anak pak kades. semua penonton memandang ke panggung . ke arahnya. tangannya berayun-ayun. kakinya menghentak. sementara pinggulnya bergetar dengan sangat indah. membuat para penonton makin terlarut dalam emosi jiwa yang menerawang ke mana-mana. hamparan peluh membalur tubuhnya. dan tepuk tangan dari penonton terus membahana. ramaikan malam. riuhkan semesta. jiwa-jiwa liar berusaha mendekat. menjamah tubuhnya dengan saweran. semua yang ada dalam diri sang penari menawarkan kenikmatan. memberikan sejuta kebahagiaan buat para penonton. diksi pujian terus disenandungkan para penonton untuk dirinya. ”terus….terus…,” teriak para penonton dengan koor yang bergemuruh penuh kegairahan. di ruang tamu sebuah keluarga, suara penghuninya terus bergema. mengalahkan suara pembaca berita di televisi. ”dia penari,” teriak seorang lelaki setengah baya dengan nada intonasi suara yang meninggi. ”apa haram, aku menikah dengan seorang penari?," tanya seorang anak muda dengan nada suara intonasi yang meninggi pula. ini adalah intonasi tajam yang pertama kali disampaikannya kepada sang bapak. ”kita ini keluarga terhormat, nak. tolong, jangan kawini dia. jangan rendahkan martabat keluarga besar kita. masih banyak perempuan lain di kampung ini. apa perlu bapak mu ini mencarikan perempuan untukmu sebagai istri yang baik dan dari keluarga yang baik pula,” pinta bapaknya. anak muda itu mengelus dadanya yang bidang. tatapan matanya tajam menatap ke arah bapaknya. tatapan mata yang membersitkan kesedihan dalam hatinya sebagai seorang lelaki sejati yang pernah mengucapkan janji. tiupan angin laut senja itu membelai rambut perempuan penari itu. hembusan angin laut senja itu juga membelai rambut lelaki muda yang tampak kusut. kicau camar yang terbang melayang di angkasa biru mengundang sejuta keindahan. sementara hamparan keindahan pasir pantai makin menenggelamkan keduanya dalam emosi jiwa. ”engkau tidak usah risau. saya akan menikahi mu. saya tak peduli dengan omongan orang. saya ingin meraih kebahagiaan . bersamamu, saya bahagia,” ucapnya. perempuan penari itu terdiam. matanya menatap ke arah pelangi. sementara matahari mulai menidurkan diri. menenggelamkan cahaya garangnya. seiring hadirnya cahaya emas dari rembulan yang mulai datang dengan terbata-bata. sementara linangan air mata mengalir dari kelopak matanya yang terlihat lembap. dari arah timur, bentangan cahaya purnama muncul dengan sejuta cahayanya yang mempesona. orang-orang berduyun-duyun menuju ke sebuah acara pesta kampung. malam itu kembali warga kampung jiwanya terbahagia. perempuan penari itu kembali tampil di panggung hiburan kampung. jemari lentik perempuan penari itu berayun-ayun. dadanya naik turun. sepasang kakinya yang indah terus bergerak dan bergerak. menapak panggung yang terbuat dari papan. mata muda anak muda itu tak berkedip menatap sang penari. tubuhnya pun ikut bergoyang. sementara jiwa mudanya terus bergejolak. ingin diraihnya tangan perempuan penari itu. tapi tak mampu. dia hanya menatap perempuan penari itu dari jauh. sementara para penonton disamping kiri kananya terus mendesis suara kagum. ”penari itu sangat piawai dalam menari,” ujar seorang penonton. "dia seperti ibunya dulu. penari terkenal," sahut penonton yang berkacamata. ”dan dia juga sangat cantik,” celetuk penonton yang memakai sarung. ”sungguh berbahagialah lelaki yang mendapatkannya. bahagia lahir batin,” sambung penonton yang bertopi. lelaki muda itu hanya bisa menelan ludah mendengar ocehan nakal para penonton. telinganya tak tahan mendengar suara emosi jiwa penonton yang memuji pesona penari itu. dadanya bergemuruh layaknya genderang yang ditabuh untuk mengobarkan semangat perang. hatinya teriris-iris. luka pun menganga dalam jiwa mudanya. dan tiba-tiba dia merasa matanya menggelap. menggelap. di kejauhan terdengar syair lagu dari sebuah tape recorder sebuah mobil. sangat syahdu menemani malam yang makin menyusut. penari, dikau bagaikan dewi tetapi seolah ada sesuatu yang tersembunyi penari, mungkin kau telah tersiksa jalan pilihan mu telah membelenggu penari, kau boneka jelita pesona cerah tubuhmu terbalut sendu sadarlah jika bukan profesi impian bukanlah suatu obsesi penari... toboali, 18--20 desember 2024 penulis adalah ketua gerakan pemasyarakatan minat baca ( gpmb) kabupaten bangka selatan dan berdomisili di kota toboali.
1
2
3
4
»
Last
Tag
# penari
# rusmin sopian
# literasi sekolah
# cerita pendek
# cerpen
Share
Koran Edisi Terbaru
Baca Koran Babel Pos 23 Desember 2024
Berita Terkini
OPM Bakar Rumah Satpol PP
Headline
3 jam
Awal Mula Pameran Yos Suprapto ‘Dibredel’, Ada 5 Lukisan Mirip Jokowi?
Headline
3 jam
Amerika Bombardir Rudal Houthi
Headline
3 jam
Kaleidoskop 2024: Ada 9 Kasus Bunuh Diri? Soal Cinta dan Masalah Keluarga
Headline
3 jam
Kemana Rp 420 M, & Siapa 'Wasit'? Misteri Hingga Akhir, Vonis Harvey Moeis?
Headline
3 jam
Berita Terpopuler
Forum Aliansi Peduli Babel: Gugat Ahli IPB, Prof Bambang Hero Saharjo!
Headline
16 jam
CERPEN RUSMIN SOPIAN: Perempuan Penari
Literasi
17 jam
Meski Salah Paham, Rosalina Tulus Minta Maaf Temui Keluarga Penumpang
Headline
7 jam
Fenomena Lingkungan Kerja Toxic dan 7 Upaya Menghadirkan Lingkungan Kerja yang Sehat dan Nyaman
Headline
16 jam
Yos Suprapto ‘Dibredel’ karena 5 Lukisan Mirip Jokowi, Miripkah?
Headline
11 jam
Berita Pilihan
Prabowo: Koruptor Bertobatlah!
Headline
3 hari
Harvey Moeis: Anak-Anakku, Papa Bukan Koruptor, Mana CSR Rp 320 M?
Headline
3 hari
Prabowo Maafkan Koruptor Asal Kembalikan Uang Negara, Yusril: Rencana Amnesti dan Abolisi
Headline
3 hari
Ratusan Artefak dari Belanda Kembali ke Indonesia
Headline
3 hari
PKB Sedang Mengkaji Gubernur Ditunjuk Langsung
Politika
3 minggu