CERPEN RUSMIN SOPIAN: Perempuan Penari
ilustrasi literasi--
Anak muda itu mengelus dadanya yang bidang. Tatapan matanya tajam menatap ke arah Bapaknya. Tatapan mata yang membersitkan kesedihan dalam hatinya sebagai seorang lelaki sejati yang pernah mengucapkan janji.
Tiupan angin laut senja itu membelai rambut perempuan penari itu. Hembusan angin laut senja itu juga membelai rambut lelaki muda yang tampak kusut. Kicau camar yang terbang melayang di angkasa biru mengundang sejuta keindahan. Sementara hamparan keindahan pasir pantai makin menenggelamkan keduanya dalam emosi jiwa.
”Engkau tidak usah risau. Saya akan menikahi mu. Saya tak peduli dengan omongan orang. Saya ingin meraih kebahagiaan . Bersamamu, saya bahagia,” ucapnya.
Perempuan penari itu terdiam. Matanya menatap ke arah pelangi. Sementara matahari mulai menidurkan diri. Menenggelamkan cahaya garangnya. Seiring hadirnya cahaya emas dari rembulan yang mulai datang dengan terbata-bata. Sementara linangan air mata mengalir dari kelopak matanya yang terlihat lembap.
Dari arah timur, bentangan cahaya purnama muncul dengan sejuta cahayanya yang mempesona. Orang-orang berduyun-duyun menuju ke sebuah acara pesta kampung.
Malam itu kembali warga Kampung jiwanya terbahagia. Perempuan penari itu kembali tampil di panggung hiburan Kampung. Jemari lentik perempuan penari itu berayun-ayun. Dadanya naik turun. Sepasang kakinya yang indah terus bergerak dan bergerak. Menapak panggung yang terbuat dari papan.
Mata muda anak muda itu tak berkedip menatap sang penari. Tubuhnya pun ikut bergoyang. Sementara jiwa mudanya terus bergejolak. Ingin diraihnya tangan perempuan penari itu. Tapi tak mampu.
Dia hanya menatap perempuan penari itu dari jauh. Sementara para penonton disamping kiri kananya terus mendesis suara kagum.
”Penari itu sangat piawai dalam menari,” ujar seorang penonton.