Dari Himpitan Kehidupan, Gangguan Kejiwaan hingga Penyelesaian Islam
--
Tentu saja karena kemiskinan dapat membebani kesehatan fisik maupun mental. Seseorang yang mengalami himpitan hidup bisa bekerja lebih keras untuk memenuhi kehidupan sehari-hari sehingga mengganggu kesehatan fisik bahkan mentalnya.
Apalagi jika telah bekerja keras banting tulang namun tetap tidak cukup memenuhi kebutuhan. Belum lagi jika kemiskinan ini mendorong seseorang untuk menumpuk utang untuk membiayai kehidupan. Tidak jarang mengakibatkan tekanan mental hingga dorongan mengakhiri hidup. Ada pula yang karena banyaknya beban hidup lari ke narkoba dan berakhir gangguan kejiwaan karena zat adiktif.
Maka hal yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah ketika munculnya angka pengidap gangguan jiwa yang cukup tinggi adalah memberi perhatian pada tempat dimana mereka tinggal. Misalnya di Bangka Selatan sendiri. Kondisi ekonomi Bangka Selatan maupun Bangka Belitung tidak lepas dari kondisi ekonomi Indonesia pada umumnya. Dimana kemiskinan dan pengangguran masih jadi salah dua isue ekonomi yang deras.
Bangka Selatan sendiri mengalami kenaikan untuk angka kemiskinan dan pengangguran di tahun 2024 lalu. Kepala BPS Kabupaten Bangka Selatan, Agung Rachmadi, mengatakan jumlah pengangguran pada tahun 2024 mencapai 5.418 orang. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 6,2 persen dibandingkan tahun 2023 yang mencatatkan 5.103 orang pengangguran. Tak hanya pengangguran, angka kemiskinan di Bangka Selatan juga mengalami peningkatan.
Persentase penduduk miskin pada tahun 2024 mencapai 3,74 persen, naik dari 3,11 persen pada tahun sebelumnya. Secara jumlah, penduduk miskin bertambah dari 6.660 orang pada 2023 menjadi sekitar 8.100 orang pada 2024. (Kabar Bangka, 21/04/2025).
Belum lagi biaya hidup yang tinggi di Bangka Belitung cukup menjadi beban ditengah kondisi kemiskinan dan kerja serabutan. Biaya hidup di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk tinggi dibandingkan sejumlah provinsi lain di Indonesia.
Ini nampak dari tingginya garis kemiskinan di Babel yang menurut Badan Pusat Statistik mencapai Rp800.000/kapita/bulan. Kepala Badan Pusat Statistik Bangka Belitung, Toto Haryanto Silitonga mencatat sedikitnya pengeluaran masyarakat Babel berkisar Rp3,2 juta per bulan guna memenuhi kebutuhan hidup. (BangkaPos, 04/10/22).