Puasa Ramadan Menajamkan Kecerdasan Emosional

Ruchman Basori-Dok Pribadi-
Kecerdasan Emosional tidak sekadar memahami perasaan sendiri, tetapi juga kemampuan mengenali dan merespons emosi orang lain dengan bijak. Kemampuan Emotional Intelligence yang baik, akan terlihat seseorang bisa berkomunikasi lebih efektif, mengatasi konflik, dan membangun hubungan yang lebih sehat.
Orang dengan Emotional Intelligence tinggi cenderung lebih sukses dalam mengelola stres, mengambil keputusan, dan beradaptasi dalam berbagai situasi. Mereka juga lebih mudah memahami orang lain dan membangun hubungan yang lebih harmonis. Berikut adalah konsep utama Emotional Intelligence yang perlu kamu ketahui.
Kita sering melihat seorang anak yang pada waktu menempuh pendidikan di sekolah, terlihat biasa-biasa saja, tidak pernah memperoleh rangking kelas. Tetapi di kelak kemudian hari, dia menjadi sosok yang berguna dan sukses mengemban tugas-tugas sosial dengan baik.
Menajamkan kecerdasan emosional menjadi keharusan, dimulai dari pendidikan anak usia dini, MI, MTs hingga MA, bahkan sampai di perguruan tinggi. Madrasah menjadi tempat terbaik untuk menajamkan EQ seorang anak, tentu dengan tidak mengandalkan kurikulum formal (inti), tetapi dapat dicapai dengan pelbagai kebiatan extra kurikuler.
//Piranti Puasa Ramadan
​​​​​​​Tujuan akhir dari puasa adalah agar hamba Alloh yang mendiami bumi ini menjadi orang-orang yang bertaqwa.(QS, al-Baqarah:183). Imam Fakhruddin Ar-Razi menafsirkan bahwa puasa mewariskan takwa (bagi yang melakoninya), yang bentuknya berupa penaklukan syahwat dan pengendalian hawa nafsu.
Puasa juga menghalangi seseorang bersikap angkuh dan berlaku keji. Hal itu dikarenakan puasa berfungsi sebagai pengendali syahwat perut (lapar-haus) dan farji (jima’).
A-Razi memandang bahwa makna la’allakum tattaqun adalah supaya kalian bertakwa kepada Allah dan meninggalkan syahwat. Sebab sesuatu yang begitu disenangi cenderung susah untuk ditahan.