Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Kisah Uang Logam

Syabaharza-Dok Pribadi-

“Mau unjuk rasa langsung, kita kecil. Lewat aspirasi, belum ada perkumpulan yang mewakili kita”

Koin Dua Ratus Rupiah masih belum tahu bagaimana caranya agar kaum seperti mereka bisa migrasi ke lokasi yang bisa menerima mereka.

Akhirnya koin Seratus Rupiah dan koin Dua Ratus Rupiah terdiam seribu bahasa. Tidak ada lagi yang bisa mereka utarakan.Pikiran mereka mampet seperti saluran air di Jakarta ketika hujan lebat turun.

 

**

 

Suasana malam itu penuh kegelisahan di tempat para koin bersemayam. Mereka lagi gundah dan juga khawatir, karena saudara mereka koin Lima Ratus Rupiah -baik yang warna kuning maupun silver- belum juga pulang. Padahal koin Seribu Rupiah sudah kembali satu jam yang lalu, tentunya dengan keadaan seperti sebelum-sebelumnya, tubuh kotor dan bau minyak.

 

Penghuni tempat itu mencoba menerka-nerka apa yang terjadi pada dua koin Lima Ratus Rupiah. pikiran mereka bergerilya memunculkan angan masing-masing. Koin Seribu Rupiah berpikir jika koin Lima Ratus Rupiah sudah diculik dan tidak akan dikembalikan lagi. Koin Dua Ratus Rupiah berpikir mungkin koin Lima Ratus Rupiah belum disuruh pulang atau mungkin disuruh menginap. 

 

Sedangkan koin Seratus Rupiah berpikir lebih ekstrem lagi, dalam pikirannya koin Lima Ratus sudah diubah bentuknya menjadi sebuah perhiasan. Karena ia pernah mendengar bahwa makhluk yang tinggi besar itu sering mempermak koin-koin menjadi sebuah cincin. Nanti cincin itu akan dipamerkan kepada kaumnya dan dibanggakan, padahal itu hanya imitasi.

 

Namun, khayalan mereka terganggu, ketika tiba-tiba kedua koin Lima Ratus Rupiah kembali ke hunian mereka.

“dari mana kalian?”

Koin Seribu Rupiah tampak tidak sabar untuk mendapatkan informasi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan