Kisah Uang Logam
Syabaharza-Dok Pribadi-
Koin Seribu Rupiah memandangi koin Dua Ratus Rupiah dan koin Seratus Rupiah yang masih saling berpandangan.
“Kalian tinggal menunggu giliran dieksploitasi seperti kami.”
Lalu koin Seribu Rupiah ikut berbaring untuk mempersiapkan diri bertugas esok hari. Seperti biasa ia tidur dengan badan penuh kotoran dan bau minyak. Ia tidur dengan penuh harapan tugasnya esok hari bisa enak seperti para pejabat di negeri antah-berantah.
Koin Seratus dan Dua Ratus Rupiah memperhatikan ketiga saudaranya itu tidur pulas. Sesekali terdengar dengkuran yang sangat keras. Namun dengkuran-dengkuran itu tetap tidak terdengar oleh penguasa yang mengekploitasi mereka.
Keinginan untuk transmigrasi ke daerah yang membutuhkan mereka semakin menguat dan membumbung langit.
**
Pagi itu semua koin sudah terbangun dari istirahatnya. Koin Seribu Rupiah sudah menunggu pekerjaan apa yang didapatnya hari itu. Kedua koin Lima Ratus Rupiah juga sudah stanby, walaupun masih merasakan sakit di sebagian badannya. Sementara koin Seratus Rupiah dan koin Dua Ratus Rupiah semakin was-was, mereka masih terngingan dengan perkataan koin Seribu Rupiah semalam.
Dieksploitasi. Mereka bertanya-tanya dalam hati, apakah ucapan koin Rp.1000 itu benar akan terjadi pada diri mereka.
Satu jam lebih sudah mereka menunggu namun belum juga ada tanda-tanda tugas untuk mereka.