Kisah Uang Logam
Syabaharza-Dok Pribadi-
“Kita hanya dianggap pelengkap saja, padahal tanpa adanya kita tidak genap hitungan mereka"
Kali ini koin Dua Ratus Rupiah menimpali dengan semangat yang lebih berapi-api. Pernyataan koin Dua Ratus Rupiah itu memang tidak bisa dibantah. Karena ia melontarkan itu berdasarkan fakta. Semisal tayangan yang ditampilkan di layar kaca selalu bentuk dan nominal yang besar saja.
“Bagaimana kalau kita pergi ke daerah yang bisa menerima kita tadi!”
Koin Seratus Rupiah berusaha meyakinkan dan mengajak koin Dua Ratus Rupiah yang tadi memberikan informasi. Koin Dua Ratus Rupiah terdiam sejenak, ia berpikir ide koin Seratus bisa dipertimbangkan.
“Tapi, bagaimana caranya.”
Koin Dua Ratus melontarkan pertanyaan yang membuat koin Seratus Rupiah kembali berpikir.
“Kita pindah jiwa saja.”
“Pindah jiwa?”
“Pindah jiwa sekarang susah, terlalu banyak yang harus disiapkan berkasnya, belum lagi nanti ada tetek bengeknya” ujar koin Dua Ratus Rupiah.
“Atau kita protes saja.”
Kali ini koin Seratus Rupiah mengeluarkan ide yang sedikit berani. Mungkin ia terinspirasi dengan adanya unjuk rasa di sebuah daerah beberapa waktu yang lalu.
“Tambah susah itu.”