CERPEN MARHAEN WIJAYANTO: Surga di Telapak Kaki Ayah

Ilustrasi-Canva-

 

Pastinya tak ada respons dari pertanyaan ini. Sudah pasti ayah akan lebih tertarik menyalakan rokok dan menuang cangkir putih kesayangan dengan kopi hitam di depannya. Koran nasional datang membawa berita reruntuhan gedung di Jalur Gaza. 

 

Rokok ayah semakin meriah mengepul memenuhi serambi rumah, tempat biasa membicarakan konflik timur tengah yang belum usai. Kopi sedap asli sudah kami hidangkan di teko. Bisa jadi, itulah bekal hingga tengah malam bagi ayah dan para sahabat membahas tragedi di kawasan negara sahabat yang masih dibombardir. 

 

“Nak, pekerja pabrik rokok menghidupi keluarganya dari  sekadar keterampilan menggulung batang rokok ini. Entah mereka punya pelet apa, hingga buat rasa dan aromanya sesedap ini,” ujar ayah di serambi rumah. 

 

Sembari dihias kicau burung peliharaan yang sedari pagi berdendang, ayah sudah seperti rumah bagi kami. Tempat melupakan tragedi dan masalah yang berasal dari luar pagar. Beliau seperti rumah bukan sekadar tempat berteduh dari panas dan hujan, tetapi juga tempat diskusi yang baik untuk meresapi kehidupan. 

 

Lalu ayah bercerita tentang zaman dulu ada sandiwara radio yang membahas pelet seorang penari ronggeng yang memikat ribuan lelaki. Berkat ludahnya di rokok yang ia racik, para lelaki  bertekuk lutut. Tak hanya bujangan, mereka yang berumah tangga akan seketika takluk saat menghisap rokok berbahan klobot di tangannya. Penari itu bernama Roro Mendut yang mampu lumpuhkan senopati Mataram dengan racikan rokoknya.

 

Ayah bercerita, zaman dulu rokok tidak terbuat dari garet atau kertas manis seperti sekarang, melainkan dari kulit jagung.   Di Kudus sangat terkenal dengan rokok kretek yang dipatenkan pada awal abad sembilan belas. Orang Eropa sangat heran dengan kretek, tapi kita sudah menganggap kretek adalah warisan kebudayaan yang harus dilestarikan.

 

“Istilah kretek itu berasal dari bunyi tembakau dan cengkih yang berbunyi kretek, kretek, kretek  saat dihisap, hingga rokok itu dinamakan kretek,” ujar ayah. 

 

Tag
Share