Kamis, 31 Okt 2024
Network
Beranda
Headline
Pangkalpinang
Politika
Daerah
Bangka
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Bangka Barat
Belitung
Belitung Timur
Komunikasi Bisnis
Advetorial
Kolom
Catatan Politik
Bahasa
History
Taring
Soccer
Lainnya
Gadget
Hiburan
Literasi
Kesehatan
Nasional
Opini
Network
Beranda
Literasi
Detail Artikel
Memahami Moralitas Lewat Adiwira
Reporter:
|
Editor:
Budi Rahmat
|
Minggu , 15 Sep 2024 - 21:21
--
memahami moralitas lewat adiwira superhero atau dalam bahasa indonesia disebuta adiwira. adiwara merupakan tipe tokoh yang memiliki kekuatan super, biasanya menggunakan pakaian khusus dan topeng untuk melindungi identitasnya dari khalayak luas. motivasi dari mayoritas tokoh adiwira ini adalah menegakkan keadilan dan memberantas kejahatan yang dibalut dengan latar cerita menarik sekaligus dekat dengan kehidupan. oleh ahmad azhari widianto, siswa sma negeri 1 sungailiat jenis tokoh seperti ini mulai diperkenalkan pada tahun 1930-an lewat buku komik di amerika serikat dan tayangan televisi bergenre tokusatsu di jepang. adiwira berasal dari beragam latar belakang. dalam komik amerika serikat, setidaknya ada tiga tipe yang menjadi latar belakang para adiwira. yang pertama, mereka adalah adiwira yang mendapatkan kekuatan dari kemajuan teknologi yang mereka ciptakan. seperti ironman, black panther, atau batman. kedua, adalah adiwira yang mendapatkan kekuatan dari benda atau makhluk lain. seperti hulk dan spider-man. serta yang terakhir adalah tipe adiwira yang memiliki kekuatan sedari lahir, contohnya adalah superman dan para anggota x-men. kepopuleran tokoh-tokoh adiwira yang sudah mengakar di masyarakat lewat komik lambat laun mulai memasuki babak baru ketika film-film adiwira digarap dengan lebih serius. di mulai dari film “batman” di tahun 1989, trilogi spider-man yang diperankan tobey maguire di tahun 2000an, sampai akhirnya film “ironman” di tahun 2008 yang menjadi game changer dunia sinema dan memulai era marvel cinematic universe. masyarakat dunia yang awalnya kurang familiar dengan pahlawan bertopeng, kini berbondong-bondong memasuki teater bioskop untuk menyaksikan para adiwira berjuang melawan penjahat super. kepopuleran ini juga menjalar sampai ke indonesia. sutradara sekelas joko anwar yang terkenal dengan karya horor “pengabdi setan” bahkan bersedia menyutradarai film “gundala” di tahun 2019 yang diadaptasi dari komik berjudul serupa karya hasmi. menjadikan gundala sebagai adiwira pertama indonesia yang beraksi di layar lebar. banyak dari kita menganggap bahwa tontonan atau bacaan yang terkait dengan adiwira adalah hal yang tak perlu dikaji lebih dalam. sebagaimana dengan tontonan anak-anak lainnya yang hanya dipandang sebelah mata. konsep adiwira sering diasosiasikan dengan anak di bawah 17 tahun atau tempat pelarian dari dunia nyata, padahal konsep adiwira sendiri menggunakan moralitas sebagai inti dari kisah mereka. seperti yang kita tahu, moralitas adalah sistem nilai yang membuat manusia bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. pada konsep fiksi ini, moralitaslah yang menjadi dasar tindakan apa saja yang akan mereka ambil sepanjang cerita. tak jarang pula para penikmat akan disuguhkan dengan jalan cerita yang menguji moralitas para jagoan dan berujung pada dilema yang sulit untuk dipecahkan. pada semesta marvel, kita bisa melihat adiwira seperti spider-man dan captain america yang memiliki pandangan jelas antara baik dan buruk. mereka membela yang lemah dan mencoba melawan penindasan. diikuti dengan anti terhadap pembunuhan penjahat, menjunjung tinggi privasi identitas, dan disukai mayoritas masyarakat. moralitas seperti ini yang paling banyak dianut oleh sebagian besar adiwira. begitu pula pada semesta dc, superman menjadi kompas moral bagi adiwira dan masyarakat yang ada di semesta itu. empati terhadap sesama dan sikap altruisme (mengutamakan orang lain.) menjadi kunci moralitas mereka. namun, tak selamanya para adiwira memiliki moralitas yang gamblang dalam membedakan baik-buruk. ada beberapa dari mereka yang memiliki pandangan moral abu-abu daripada hitam-putih seperti kebanyakan. the punisher dalam semesta marvel adalah salah satu contohnya. ia adalah veteran perang yang sangat mengidolakan captain america, tapi moralitasnya sangat berseberangan. jika captain america anti terhadap membunuh para kriminal, maka the punisher tidak akan segan membunuh siapapun yang melakukan tindak kejahatan. hal ini membuat para penikmat bertanya-tanya, apakah tujuan mulia akan tetap mulia jika ditempuh menggunakan jalan yang salah? hal menarik lainnya adalah tokoh seperti the punisher bukanlah satu-satunya yang memiliki moralitas abu-abu. deadpool dan moon knight dari marvel, serta red hood dari dc juga memiliki pandangan yang serupa. belum lagi dengan tokoh-tokoh adiwira dalam cerita watchmen yang saling bertarung akibat perbedaan cara pandang dunia yang ideal. mereka semua mendambakan keadilan, namun cara yang ditempuh saling bertolak belakang. pada kehidupan nyata, tentu moralitas menjadi hal yang penting untuk kita semua. tanpa moralitas, kita akan sulit untuk mengatasi suatu permasalahan dengan baik. moralitas juga menjadi pagar agar apa yang kita lakukan tetap sesuai dengan nilai yang kita anut. dengan menelaah cara pandang para tokoh adiwira, kita setidaknya dapat mempelajari moralitas yang berbeda dengan milik kita. kita akan mengetahui apa yang menjadi alasan seseorang bisa memiliki sudut pandang sedemikian rupa. tenggelam dalam topik moralitas akan berat dan dilematis. kadang melihat sikap seseorang yang di luar dari moralitas kita akan menimbulkan rasa geram. tapi mempelajari moralitas akan membantu kita dalam banyak aspek sosial. tentu moralitas di semesta para adiwira adalah bentuk hiperbola dari semesta kita. tapi jika kita berusaha untuk mempelajari alasan para tokoh daripada hanya menontonnya sebagai hiburan semata, kita akan mengerti kenapa moralitas manusia berbeda satu dengan yang lain. menikmati aksi para adiwira memang asyik. penuh ledakan dan aksi yang tak ada hentinya. pesawat luar angkasa, baju zirah terbang, kekuatan laba-laba. semuanya memenuhi imajinasi kita. tapi terkadang kita lupa, mereka adalah produk imajinasi yang lahir dari realitas yang dekat dengan kita. permasalahan sosial yang mereka hadapi adalah cerminan permasalahan yang kita temui sehari-hari. maka tak ada salahnya untuk belajar di mana saja, termasuk belajar lewat budaya populer para adiwira.**
1
2
3
4
»
Tag
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Babel Pos 16 September 2024
Berita Terkini
Anggur Shine Muscat Ada Residu Pestisida?
Headline
11 menit
Rudy Soik Bongkar Sosok yang Mendatanginya Sebelum Pasang Police Line
Headline
1 jam
Camat Baito Dicopot, Keselamatan Guru Honorer Supriyani Terancam?
Headline
1 jam
Haji dan Umrah Diurus Badan Khusus, Kemenag Fokus Keumatan
Headline
2 jam
Ada Potensi Hujan Ringan dan Petir Pangkalpinang
Headline
2 jam
Berita Terpopuler
Simak 3 Jenis Surat Suara di Pilkada Serentak 2024!
Headline
16 jam
Pengakuan Harvey Moeis 'Tak Meyakinkan'? Hakim: Sulit Diterima?
Headline
16 jam
Kasipenkum Akui Ada Erzaldi ke Kejati
Headline
19 jam
Kesaksian Eks Dir Ops PT Timah, Alwin Albar, Tetian Orang Dekat Dirkeu?
Headline
16 jam
MAUNG Jadi Kendaraan Resmi Kenegaraan?
Headline
16 jam
Berita Pilihan
Pernyataan Sandra Dewi Mengecewakan, Rp 420 M, Kemana?
Headline
2 minggu
Bos Smelter Ungkap, MoU Dengan PT Timah dan CSR untuk Bantu Pemerintah dan Rakyat
Headline
4 minggu
Sidang Tipikor Tata Niaga Timah Aon Cs, Saksi Tak Sebut Terdakwa?
Headline
1 bulan
Tipikor Timah, dari Super Heboh, Kini Mulai Senyap?
Headline
4 bulan
Dugaan Tipikor KUR BSB Naik Penyidikan, Siapa Calon Tersangka?
Headline
4 bulan