Cerpen Marhaen Wijayanto: Ifan Belum Merdeka
ilustrasi--
Dia ingin merayakan kemenangan. Anak berusia sembilan tahun yan kerap juara pertandingan bulu tangkis di kecamatan. Tetapi sayang ia belum mengerjakan PR dari Pak Galak. Hingga akhirnya dihukum dan mendapat omelan. Sekilas di bibirnya masih ada senyuman karena dia seorang juara tepuk raket.
Ifan seharusnya bahagia karena dalam lomba semalam ia mendapat piala kemenangan. Namun sayang, di sekolah ia tak disenangi guru. Hingga akhirnya hukuman demi hukuman mesti dia terima. Ia melupakan PR. Tempo hari Ifan rajin berlatih agar juara bulu tangkis.
Meski pagi ini ia harus mendapat hukuman Pak Galak, asa untuk bahagia itu masih ada. Senyum Ifan tetap mengembang karena yang ia dirasakan adalah kemenangan.
Anak kecil kelas tiga SD itu mengalahkan anak dari berbagai kampung. Meski mendapat hukuman, dadanya tetap masih bisa membusung.
BACA JUGA:Karya Sastra yang Digemari
Meski piala kecil dari pak camat masih di tangan, tapi gurunya Pak Galak tak mau tahu. Baginya Ifan adalah anak dengan stampel nakal.
Ketika upacara Ifan berbicara sendiri. Saat dijelaskan guru, dia berjalan-jalan di kelas. Ketika temanya membaca, ia bercanda bahkan keluar masuk kelas. Stampel siswa nakal dari guru sudah begitu lekat.
Ifan masih tersenyum. Ifan masih menyimpan asa karena piala kecil yang ia bawa dari rumah memberi perasaan bahagia. Meski di sekolah yang ia dapat adalah hukuman, bukan senyum hangat dan ramah.