PUISI PUISI BASTRA SMAN 1 SUNGAILIAT
ilustrasi--
Padamu Tanah Airku
Maulana Wijaya
Daratan dan lautan anugerah Sang Pencipta
Alam hijau membentang menjadi napas bagi Ibu Pertiwi
Menjadi gradasi keindahan di ujung batas khatulistiwa
Bagaikan tempat terindah di seluruh alam semesta
Oh, segarnya alam Nusantara
Keasriannya memenuhi paru-paru dunia
Indah memesona, selaras dalam warna
Tenangkan jiwa-jiwa yang patah.
Oh, Pertiwi
Ragam suku budaya tertata olehmu dengan rapi
Tak peduli berapa banyak pengusik merintangi langkahmu
Menjadikan Indonesia negara yang bersatu
Yang pasti Pertiwi melindungi dengan kasih
Sungguh kubangga padamu
Tak pernah kau bersungut pada cibiran dunia.
Ramah menjadi identitas di mata dunia
Tegak kepalamu, tinggi wibawamu
Engkau Nusantaraku
Puluhan ribu pulau bersamamu
Mereka di sana menyebutmu dengan kagum
Zamrud katulistiwa
BACA JUGA:Puisi-Puisi Siswa Kelas XI-5 SMA Negeri 1 Sungailiat
Suaraku
Alya Nabilla Syahla
aku menolak menjadi hewan
yang termangu tunduk kepada tuannya
dirampas hak dan kebebasannya hanya hidup menggonggong
dan berkelahi membela sang tuan tanpa menyadari
mati sudah keadilan
aku bersuara
tapi jangan harap kuserahkan suaraku sampai aku puas bersuara
baliho-baliho dengan senyum penuh janji
kuhamparkan untuk alas tidur malam ini
atau kujadikan selimut saja?
aku suara yang masih miskin
negeri ini rakyat berdemokrasi
tapi hati-hati berakhir di jeruji besi suara dibungkam
kritik tak boleh
usul demi usul hanya mengepul
aku suara yang tak pernah merdeka
nanti tiba saatnya
kala tuan sudah memimpin apakah sungguh segala manis?
atau kau akan menyadari bahwa suaraku benar adanya
diriku mungkin akan hilang ditelan masa,
ditelan orang tapi dengarkanlah suaraku yang abadi
BACA JUGA:CERPEN: Tak Ada Lagi Lahan Kosong untuk Kuburanku Nanti
SELAMAT PAGI IBU PERTIWI
Andhika Dendra Wibowo
Di pagi yang berselimut kabut
Tetes embun dan angin berhembus dengan lembut
Jiwa raga terpisah dalam dekapan selimut
Meringkuk, menggigil dalam dinginnya ruang
Namun semangat harus tetap membara
Seiring Sang Surya yang mulai menyapa
Selamat pagi wahai Ibu Pertiwi
Jiwa raga bersatu dalam hangatnya mentari
Merangkai senyum di wajah yang letih
Menembangkan melodi-melodi indah kehidupan yang baru
Mengukir kisah di sehelai waktu
Di bumi Nusantara, jiwa-jiwa bersatu
Pancasila, pilar suci yang terpancang di hati
Membangun karakter jujur, adil, dan berani
Belajar dan berkarya dengan semangat yang suci
Merajut bermacam warna dalam satu Harmoni
Bangkitlah bangsaku, dari tidurmu yang buta
Singsingkan lengan bajumu demi nusa bangsa
Dengan semangat membara, teguh, dan setia
Kita jadi satu, dalam perjuangan yang teguh menyala
Mari bersama-sama kita bangun Indonesia
BACA JUGA:CERPEN: Kebaikan Hati Si Beruang Madu
JIWA DEMOKRASI
Cahaya Christiany
Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat,
itulah sayatan kata yang terus menggores
di setiap lembaran cerita para pemimpin
Jeritan dan tangisan hanya menjadi syair syahdu pengantar tidur
Demos adalah subjek prioritas yang kadang dimanipulasi,
oleh tuannya yang memimpin
Demos terkadang hanya menjadi lantunan ayat suci,
dibalik topeng keserakahan
Demos terkadang menjadi tameng bagi para tuan,
yang menimbun harta
Kini,
Demos berdiri kembali menatap tragisnya tragedi politisi
Demos kembali membuka ruang dialog para penggarap sejati
Demos berdiri menatap menantang tahunnya yang mulai dilucuti
Demos kembali mencari sosok yang bisa meneruskan sejarah pejuang
Demos memunculkan kembali jiwanya yang lama dikubur,
oleh kebengisan dan keserakahan
Demos kini mengerti,
bahwa jiwa sejati adalah jiwa yang diperjuangkan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
BACA JUGA:4 Langkah Mewujudkan Praktik Baik Literasi di Sekolah
BANGKIT
Nabila Rizqina Putri
Di bumi yang bergelora, di negeri yang terjaga
Bangunlah jiwa, raga, dan suara demokrasi
Dari sudut-sudut terdalam hati yang suci
Mari kita sambut fajar kebangkitan yang murni.
Jiwa yang terpendam dalam kesadaran diri
Menjelma menjadi api yang tak pernah pudar
Dalam setiap langkah, dalam setiap helaan nafas
Terukirlah semangat kebebasan yang abadi.
Raga-raga bergerak dalam serasi tari
Menyongsong cahaya keadilan yang redup
Tak kenal lelah, tak kenal letih
Hanya mengikuti irama kebenaran yang hakiki.
Suara-suara berkumandang dalam alunan lagu
Memecah keheningan dengan pesona kebenaran
Dari yang lembut hingga yang keras
Mereka bersatu dalam kekuatan yang menggetarkan.
Di dalam ruang-ruang kekuasaan yang tertutup
Teranglah sinar keadilan yang mengusik hati
Jiwa yang tak tergoyahkan, raga yang tak terkekang
Suara-suara yang menuntut kebenaran sejati.
Demokrasi bukanlah sekadar kata
Tetapi nyawa yang mengalir dalam setiap darah
Bukan hanya hak, tetapi juga kewajiban
Untuk menjaga, menghormati, dan menghidupkan semangatnya.
Bangunlah, wahai jiwa yang luhur
Teruslah bergerak, walau badai melanda
Bangkitlah, wahai raga yang kuat
Jangan pernah lelah, jangan pernah surut.
Dengarlah, wahai suara yang berkobar
Jadilah pelopor kebenaran dan keadilan
Bersama-sama kita tegakkan demokrasi
Sebagai landasan peradaban yang abadi.
BACA JUGA:CERPEN: Kebaikan Hati Si Beruang Madu
Maju Dalam Demokrasi
Sity Grevira Elfiona
Apa yang dibanggakan oleh kita?
Pemuda, pemudi, penerus perjuangan bangsa
Kini harapan- harapan tanah air tercinta
Mengasah mata, pikiran, rasa dan karsa
Dalam putih abu-abu dengan corak berbeda
Lontaran kata menggambarkan egomu
Gerak siput bahkan kalah untuk memenangkan pertandingan
Apa arti semua ini kalau tanpa semangat yang berkobar?
Bangsa ini belum berhenti berjuang, kawanku
Tenaga dan pikiranmu dinantikan dalam pembangunan
Kita adalah harapan perjuangan
Bangkitlah waktu terus mengejar
Bangun jiwa dan ragamu wahai saudaraku
Perbedaan bukan alasan dalam persatuan
Serukan “Maju dalam Demokrasi”
Membentuk negeri yang berprestasi