Lentera Abah

Reporter: Admin |

Editor: Budi Rahmad |

Kamis , 14 Aug 2025 - 20:38

Rossy Liadi.-Dok Pribadi-

Masih ada yang kucari di sini

Kecuali wajah guru

Yang menanam ilmu padi

Di ladang vonis dituduh keras mendidik, padahal hatinya tulus syahdu

Masih ada yang kucari di sini

Kecuali jejak para pejuang

Yang tak diabadikan dalam narasi

Namun abadi di peluh yang mengerang

Masih ada

Yang kucari di sini:

Kecuali 17 Agustus

Yang hidup dalam doa yang tak pernah putus

Dari mulut anak-anak di kelas setiap pagi

lentera abah                            puisi rossy liadi
 
adakah hidup yang redum tiba-tiba?
nahas, tadi siang kabar duka mengetuk pintu desa
terulik pemuda rebah di sudut, duduk di pojok bersandar pada dinding kayu bekas gores luka
ini dia dinamakan gemerlapan yang berdosa
 
nerawang di masa depan, kini tampaknya mafhum: langkah tanpa arah, jiwa tanpa cahaya
akhirnya, lihat berbondong para penjaga harapan, berkerah mengelorakan cita-cita
raut wajah sebening laut mengusap metodik, dengan ilmu dan cinta
konon katanya, hidup bahagia namun dalam dekapan yang salah
ogah merasakan sebatang kaki bersepatu gerigi
barak benih dendam menjadi metodik kembali ke takhtanya
abah, tuntun kami, tidak untuk narkoba
 
----------------------
 
17 agustus
 
masih ada yang kucari di sini
kecuali suara bendera yang berkibar 
menari pelan membawa janji di tiang tinggi
haru akan perjuangan yang tak pernah getar
 
masih ada yang kucari di sini
kecuali nyanyian anak-anak bangsa
yang lantang melantun lagu nasional, tumbuh dari dada negeri
menggema di lapangan upacara
 
masih ada yang kucari di sini
kecuali wajah guru
yang menanam ilmu padi
di ladang vonis dituduh keras mendidik, padahal hatinya tulus syahdu
 
masih ada yang kucari di sini
kecuali jejak para pejuang
yang tak diabadikan dalam narasi
namun abadi di peluh yang mengerang
 
masih ada
yang kucari di sini:
kecuali 17 agustus
yang hidup dalam doa yang tak pernah putus
dari mulut anak-anak di kelas setiap pagi
untuk para pahlawan yang abadi