Pak Galak emosi karena Ifan membersihkan WC sembari senyum. Pak gurunya yang galak itu tak tahu kalau dia bahagia. Yang Ifan harap sebenarnya rasa kagum, bukan lagi anggapan kalau dia siswa yang berbahaya. Ia hanya ingin apresiasi, bukan tangan besi yang membuat apapun raihanya selalu saja ditangisi.
BACA JUGA:PUISI PUISI BASTRA SMAN 1 SUNGAILIAT
Ifan belum juga merdeka. Dinding sekolah jadi saksi, meski bertuliskan merdeka tapi itu slogan dan embel-embel belaka. Tiap hari ia hanya mendapat siraman, bentakan, dan lebel kalau ia adalah anak yang tak berguna.
Meski Ifan belum juga merdeka, tapi ia harus tetap berjalan tegak. Harus tetap bermain bersama kupu-kupu di taman. Mungkin kupu-kupu itu akan mengambil peran Pak Galak sebagai pemberi bahagia dan perasaan merdeka dan bukan sekadar embel-embel belaka.**
Marhaen Wijayanto, Lahir di Boyolali, 9 Maret 1983.Kepala SDN SDN 7 Simpang Teritip, Bangka Barat. dapat dihubungi di wijayantomarhaen9@gmail.com . Menulis novel Mencari Jejak Sang Depati, Roman Terlupakan dan Antologi Puisi Hujan Bulan Desember.