Pagi harinya, kabar datang bahwa Reza tak bisa ikut turun lapangan karena urusan keluarga. Hanya Alea, Diva, dan Satria yang berangkat ke pesisir untuk mengambil sampel sedimen. Mereka mulai menjelajah jalan setapak menuju pantai yang dipenuhi desir angin dan suara langkah kaki yang saling mengejar.
Setelah observasi selesai, Diva menjauh untuk mencatat data tambahan. Alea dan Satria duduk di atas batu karang, menatap laut yang terus berdebur.
“Aku suka pantai,” ucap Alea tiba-tiba.
Satria menoleh. “Kenapa?”
“Karena dia selalu menunggu. Meski terus dihantam ombak, ia tetap bertahan.”
Satria tersenyum kecil.
“Aku juga gitu.”
Alea menoleh, menatapnya. “Gitu gimana?”
“Bertahan. Di satu tempat, dengan satu rasa. Meski nggak tahu… bakal digenggam atau ditinggal begitu aja.”
Alea tersenyum samar, tapi tatapannya jauh. Seolah ada sesuatu dalam dirinya yang sedang mencoba memahami arah yang ingin dituju hatinya.