Babel Perlu Ekonomi Baru Lepas Ketergantungan Timah

UBB-Anara-

PANGKALPINANG - Akademisi Universitas Bangka Belitung menyatakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung perlu segera menyiapkan alternatif ekonomi baru agar bisa melepas ketergantungan terhadap komoditas timah.

"Perlu adanya sumber pertumbuhan dari ekonomi baru yang memanfaatkan potensi alam lain selain timah, misalnya sektor pariwisata," kata Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung (UBB) Devi Valeriani di Pangkalpinang, Senin.

Menurut dia, untuk pilihan saat ini, sektor pariwisata bisa menjadi andalan untuk pengembangan ekonomi daerah selanjutnya, karena Babel merupakan daerah kepulauan sehingga sangat memungkinkan untuk memanfaatkan potensi ekonomi biru. "Sebagian besar wilayah Babel merupakan laut yang dapat menjadi modal utama pengembangan pariwisata. Pemerintah daerah perlu menggiring seluruh instansi ke arah pengembangan ekonomi biru," katanya.

Dengan pengembangan dan upaya optimal, maka Babel akan menjadi wilayah yang tidak hanya berbasis komoditas tambang, namun telah bertransformasi ke sektor pariwisata, dengan harapan kontribusi sektor pariwisata meningkat terhadap pembentukan ekonomi Babel.

Hal ini dikatakan Devi menanggapi situasi ekonomi di Babel yang melemah seiring dengan kelesuan sektor tambang timah yang selama ini menjadi tulang punggung dan pendorong pertumbuhan ekonomi di daerah itu. Harga rata-rata timah dunia dari London Metal Exchange (LME) yang mengalami penurunan signifikan di tahun 2023 sebanyak 17,2 persen jika dibandingkan tahun 2022. Rata-rata tahun 2022 sebesar US$31.382, sedangkan tahun 2023 sebesar US$25.972.

Menurut Devi, timah merupakan faktor terbesar penentu fluktuasi pertumbuhan ekonomi Babel. Hal ini terlihat dari sejarah pertumbuhan ekonomi, sedikit sentimen terhadap penurunan harga komoditas timah akan menimbulkan gelombang pertumbuhan ekonomi. "Pertumbuhan ekonomi Babel hampir 80 persen masih didorong oleh konsumsi. Masyarakat yang bekerja secara langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas penambangan timah, pasti akan terdampak secara ekonomi," katanya.

Angka pertumbuhan ekonomi triwulan III 2023 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik, tercatat perekonomian Babel tumbuh 4,01 persen (yoy), hal ini menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,13 persen (yoy).

"Tentunya penurunan harga tersebut akan memberikan dampak arus pendapatan yang diterima masyarakat yang berujung terhadap kemampuan konsumsi ataupun daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah," katanya.

Pertumbuhan ekonomi Babel di triwulan III 2023 masih ditopang oleh lapangan usaha konstruksi, pertanian dan industri pengolahan. Sementara sektor yang melemah dari turunnya harga timah, antara lain perdagangan besar dan eceran, sektor pariwisata, sektor industri pengolahan dan dapat melebar ke sektor konstruksi serta pertanian dan perikanan. 

Dari sisi permintaan, perekonomian Babel ditopang oleh seluruh komponen pengeluaran yang tumbuh positif, kecuali komponen ekspor dan impor. "Sebanyak 60 persen ekspor utama Babel merupakan komoditas timah, maka terlihat pada saat ekspor timah menurun akan memberikan perlambatan pada pertumbuhan ekonomi," katanya. (ant)

Tag
Share