Seputar Pembebasan Pilot Susi Air Philip Mehrtens, Bakar Batu Tanda Perpisahan

Penyambutan Pilot Susi Air di Jakarta.-screnshot-

SETELAH melalui proses panjang, Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, akhirnya dibebaskan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya pada Sabtu, 21 September 2024.

-------------

PEMBEBASAN pilot Susi Air ini menjadi momen penting yang tak hanya menarik perhatian publik.

Ya  tetapi juga menyimpan sejumlah fakta unik yang melingkupi proses negosiasi dan pembebasannya.

Berikut beberapa fakta menarik dari proses yang berlangsung selama 1,6  tahun (18 bulan )  penyanderaan tersebut.

1. Pembebasan Karena Alasan Kemanusiaan

KKB pimpinan Egianus Kogoya, yang selama ini diketahui kerap melakukan tindakan kekerasan di Papua, mengeluarkan pernyataan bahwa pembebasan Philip Mehrtens dilakukan dengan alasan kemanusiaan.

Hal ini tentu menjadi sesuatu yang tidak terduga mengingat biasanya KKB dikenal keras dalam menuntut syarat-syarat yang sulit dipenuhi.  Terrutama terkait isu politik Papua.  Pernyataan ini diunggah oleh akun media sosial milik Susi Pujiastuti, pendiri Susi Air, sebagai salah satu fakta penting dalam proses pembebasan.

BACA JUGA:Edison Gwijangge Sendiri Masuk Hutan Jemput Pilot Susi Air

2. Upacara Bakar Batu: Simbol Perpisahan di Kampung Yuguru

Salah satu momen paling menyentuh dari proses pembebasan ini adalah ketika masyarakat Kampung Yuguru, yang selama ini merawat pilot Susi Air tersebut, mengadakan upacara Bakar Batu sebagai simbol perpisahan.  Bakar Batu merupakan tradisi adat di Papua yang melambangkan kebersamaan dan rasa syukur.

Proses ini mencerminkan bahwa meskipun pilot tersebut berada dalam situasi penyanderaan, ada sisi kemanusiaan dari masyarakat setempat yang turut memberikan perlindungan selama Pilot Susi Air Philip disandera.

3. Kondisi Warga yang Merawat Philip: Kekurangan Makanan

Dalam hasil negosiasi yang dilakukan antara tim TNI-Polri dan KKB, terungkap bahwa masyarakat Kampung Yuguru, yang merawat Philip selama penyanderaan, mengalami kekurangan bahan makanan dan kelaparan. Kondisi ini mendorong tim Satgas Ops Paro dan Damai Cartenz untuk mengirim bantuan bahan makanan (Bama) kepada masyarakat tersebut.  Ini juga menunjukkan bagaimana situasi di pedalaman Papua masih sangat sulit, dengan akses kebutuhan dasar yang terbatas.

Tag
Share