Pendidikan Karakter Praktis

Kristia Ningsih.-Dok Pribadi-

Oleh Kristia Ningsih

Penulis Lepas Bangka Belitung

 

Suatu waktu, penulis memberi kesempatan anak didik untuk menjadi diri sendiri. Trik klasik ini agar kelas bahasa tidak membosankan ataupun terlalu kaku. Dalam kelas bahasa, hal ini artinya, siapa saja boleh berbicara. Tata bahasa yang tepat belum diwajibkan. Hasilnya, anak-anak menyuarakan ide-ide orisinal yang jernih dan membekas.

 

Mayoritas ide tersebut belum disampaikan dengan tata bahasa yang tepat. Anak-anak pun diminta mengumpulkan naskah mereka. Naskah tersebut, dievaluasi mana yang keliru dan diberi contoh kalimat yang baik dan benar. Kemudian, disepakatilah bahwa menulis naskah baru dengan tata bahasa yang benar sebagai pekerjaan rumah. Agenda pertemuan selanjutnya yakni presentasi versi revisi. 

 

Dalam kelas berbicara, baik tingkat siswa dasar, menengah, ataupun tinggi, diperlukan setidaknya dua kali pengulangan. Mempraktikkan kembali presentasi yang sama dengan versi yang diperbaiki dapat membantu meningkatkan kualitas kemampuan berbicara seseorang.

 

Singkat cerita, pada pertemuan selanjutnya, hanya ada sekitar dua orang yang siap naskah dan siap tampil. Ada yang mengaku sudah menyalin revisi tetapi kehilangan kertasnya tetapi siap melakukan presentasi. Ada yang kehilangan kertas tanpa sempat menyalin naskah terbaru plus tidak siap tampil. 

 

Sungguh di luar dugaan. Semestinya agenda tersebut mudah dilakukan karena tinggal mengulang tanpa harus memikirkan ide yang baru. Namun, barang kali itu perspektif seorang pengajar. Tentu peserta didik memiliki perspektif lain. Hari itu, penulis merenung, kira-kira apa sebabnya sampai terjadinya insiden tersebut. Penulis memilih menunda respon. Hari tersebut digunakan untuk meneruskan materi yang berbeda.

 

Seminggu kemudian, penulis menebar pancing,  Kalian pernah dengar istilah generasi stoberi?  Untuk siswa pesantren yang tidak diperbolehkan menggunakan gawai, wajar jika ada yang menjawab belum pernah. Kepada kelompok menjawab pernah, mereka ditanyai,  Kira-kira apa maksud dari  generasi stroberi , ya?  Meski kesulitan menyampaikan tebakannya tetapi intinya mereka tahu bahwa generasi stroberi bersinonimkan indah tetapi ringkih.

 

Penulis lalu meneruskan,  Era kalian ini sungguh memudahkan dalam belajar. Segala sesuatu sudah ada, tinggal mencari. Dibandingkan era kami dahulu, segala sesuatu bersumber dari buku plus belum tentu buku tersebut mudah diakses.  

 

Tag
Share