Pendidikan Karakter Praktis

Kristia Ningsih.-Dok Pribadi-

Serius mereka menyimak.  Akan tetapi, sayangnya, era ini justru ekstrem dampaknya. Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita remaja mengambil nyawa sendiri. Sedikit-sedikit mengobati diri, healing. Apa benar di kehidupan ini begitu penuh masalah tak terpecahkan? Ataukah sebenarnya, ini persoalan bagaimana cara kita memandang masalah. 

Mulai masuk pada konteks,  Contohnya, kita kehilangan hal besar pada minggu lalu. Masih ingat itu apa?  Ada yang menyahut,  Speaking!  Ada yang menyahut,  Menulis ulang teks!  Ada pula yang kebingungan tidak ingat apa-apa.  Benar. Minggu lalu, kita sepakati kumpul teks revisi dan presentasi. Sampai tidak target kita? 

 

Mereka menunduk. Senyap. Dengan tenang penulis melanjutkan,  Ini bukan tentang kelas bahasa kita. Inilah tentang generasi stroberi. Mental. Kamu diminta hanya mengurusi kertas masing-masing atau harus justru mempersiapkan punya banyak orang?  Lirih jawaban terdengar,  Kami sendiri    Nah, bagaimanalah kita akan bisa memegang tanggung jawab besar jika tanggung jawab diri sendiri saja masih lalai.  

 

Penulis meneruskan,  Nak, kamu belajar hari ini, bukan untuk hari ini, tetapi untuk mempersiapkan dirimu di masa depan. Di masa depan, setiap orang akan punya tanggung jawab yang lebih besar, lebih beresiko. Setelah lulus, kamu ada yang berkuliah, bekerja, kerja bersama orang tua ataupun menikah.

 

Jika lalai sekali saja, kuliahmu bisa saja selesai lebih dari empat tahun. Habis uang orang tua lebih banyak. Kamu bisa saja merugikan perusahaan lalu dipecat. Bisnis orang tuamu mungkin bangkrut atau rumah tanggamu bisa berantakan dan anak-anakmu menjadi korban. Mengapa? Karena kita tidak bertanggung jawab. Kita membuat alasan. Kita lari dan enggan. Egois, mementingkan perasaan sendiri tanpa melihat lingkungan terdekat kita.

 

Generasi kamu baik dalam mengekspresikan diri, itu wajar. Bahkan Rasul pun menangis dan meminta bantuan pada Allah. Kalau generasi terdahulu karena tidak pernah diberi ruang untuk mengekspresikan dirinya, semuanya diterima, semuanya dipaksakan walau tak sanggup. Makanya tanpa cerita, terdengar kabar terkadang seseorang sudah di RSJ. Kamu, lebih bisa memvalidsi perasaanmu. Tapi apa setiap masalah dijadikan tangisan dan alasan?  Mereka menggeleng.

 

 Di sinilah tantangannya, kamu memiliki ruang untuk menghargai perasaanmu. Di saat bersamaan, kamu diharapkan lebih bertanggung jawab. Tidak diharuskan sempurna, namun setiap orang diminta untuk bertanggung jawab.

 

Kemudian, kita ingat, minggu kemarin kita mungkin kehilangan dua hal penting, menyiapkan naskah revisi dan presentasi terbaik. Namun jangan sampai kita lupa untuk fokus melakukan hal yang bermanfaat lainnya di masa depan. Kita gagal dua hal, tapi dapat bahas apa minggu kemarin?  Kisi-kisi UAS   jawab mereka. 

 

Tag
Share