Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Penjual Koran

Syabaharza-Dok Pribadi-

“tapi aku tetap sayang kepada istriku” seolah mampu menerobos alam berpikirku, bapak itu menjelaskan tentang perasaannya yang tidak berubah kepada istrinya.

“sehingga sekarang hanya aku yang mencari nafkah untuk keperluan sehari-hari” bapak itu terus bercerita.

“kenapa bapak tidak menghubungi pemerintah setempat untuk mendapatkan bantuan?” aku kembali bertanya sekaligus memberikan saran. 

“sudah berkali-kali kami mengajukan bantuan kepada pemerintah, namun selalu gagal karena kami tidak mempunyai administrasi apapun” jawab bapak itu sekaligus mementalkan saranku.

Lagi-lagi hatiku merasa tersentak dan timbul perasaan gondokku.. Aku marah dengan situasi yang dialami bapak itu. Lingkaran setan itu selalu ada. Dan itu selalu menjadi alasan penguasa untuk tidak membantu orang yang lemah. Sering aku mendengar di beberapa daerah pemerintah tidak bisa memberikan bantuan kepada masyarakat yang tidak mempunyai administrasi kependudukan, padahal jika dilihat dari kondisinya sungguh sangat layak dibantu. Namun ketika hendak mengurus administrasi terkadang dipersulit, jadi begitulah siklusnya terus berputar.

Fenomena-fenomena yang selama ini hanya kudengar dan kubaca lewat berbagai media, hari ini benar-benar kujumpai. Kejadian yang sedang dialami bapak itu adalah faktanya.

“jadi, sekarang aku dan istriku sudah bertekad untuk memperjuangkan kehidupan kami, tanpa mengharap bantuan dari orang lain” ujar bapak itu sambil mengepalkan tangan kanannya. 

Ketika mengucapkan itu, kulihat wajah bapak itu berapi-api seperti sedang menghadapi musuh yang selalu menyerangnya. Terlihat sekali truts government sudah hilang di hati bapak itu.

“kami yakin Tuhan pasti akan menolong kami” pungkas bapak itu.

*****

Aku kembali mengamati bapak itu berjuang di bawah lampu lalu lintas. Setelah tadi beliau berpamitan untuk melanjutkan pekerjaannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30. Sebentar lagi semua makhluk akan bersua dengan waktu magrib. Semua orang sudah mulai beranjak untuk kembali ke rumah masing-masing. Bahkan tenda penjual air mineral tempat aku dan bapak itu berbincang tadi juga sudah menutup kedainya. Sehingga dengan terpaksa aku pun mulai pamit untuk kembali ke rumah. 

Terlihat bapak itu masih tetap semangat menawarkan surat kabar di tangannya. Aku menuju sepeda motor vespaku di sudut jalan. Kulambaikan tangan kepada bapak itu yang sudah banyak memberikan pelajaran bagiku hari ini. Sebuah surat kabar yang kubeli dari bapak itu dengan harga 5 ribu kuselipkan di pinggang. 

Aku pulang meninggalkan bapak itu yang terus berusaha bekerja dan mencari pertolongan Tuhan seperti yang diucapkannya tadi.

 

BIONARASI PENULIS

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan