Bendera dalam Secangkir Kopi dan Kue
Marhaen Wijayanto.-Dok Pribadi-
“Dahulu di Surabaya, ada sekumpulan pemuda yang berupaya merobek warna biru bendera Belanda, tepatnya 19 September 1945. Mereka tidak rela Belanda mengibarkan benderanya di atas Hotel Yamato karena itu menghina bangsa ini yang baru saja memproklamirkan kemerdekaan. Lalu kawanan pemuda dengan seribu tekad itu merobek warna biru bendera Belanda, sehingga di atap bangunan hanya tersisa warna merah putih!”
Mang Arpan mengirup kopi sembari meresapi nasihat dari kakek.
“Dahulu mengibarkan bendera saja menjadi pertaruhan nyawa, berbeda dengan sekarang yang hanya membeli bendera bermodal uang lima belas ribu, itupun kalian masih ingin mengibarkan bendera one piece !”
“Bagaimana anak muda akan mengenal siapa pahlawannya, jika apa yang ia baca adalah bacaan superhero dari Jepang!”
Saya penasaran dengan bacaan milik kakak. Saya tahu di perpustakaan ada komik dari Jepang one piece. Tokoh fiktif Monkey D Luffy yang sedang diperbincangkan khalayak. Katanya dari pada mengibarkan bendera negara, lebih baik menaikkan bendera bergambar tokoh kartun itu. Lalu saya berpikir betapa inspiratifnya tokoh khayalan ini, hingga dipakai menyindir negara. Dari sekilas pandangan saya, tokoh anime dalam cerita itu berpetualang di tengah lautan, mirip dengan asal usul kita yang bangsa pelaut.
Kakek menghirup kopi tokak kesayangannya. Beliau membuka-buka buku lama yang sudah dibaca sejak empat puluh tahun yang lalu. Buku itu bergambar seorang pemuda memegang bendera dan berupaya menancapkannya ke tanah. Ia bertelanjang dada. Di kepala pemuda itu terikat kain berwarna merah putih.
“Jangankan mengibarkan bendera, berkata ‘Merdeka!’ saja pasti orang itu akan ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Jadi kamu bayangkan betapa menghirup udara segar di hari ini terasa lebih mudah dibanding zaman dahulu. Napas yang dihirup masa penjajahan adalah berasal dari pertaruhan nyawa orang-orang yang berupaya membebaskan. Beda dengan yang sekarang mengaliri paru-paru kita ini kita dapat secara cuma-cuma. ”
“Menghargai bendera, berarti turut menjaga martabat bangsa ini. Bendera adalah hati sebuah bangsa. Menghargai bendera, berarti menjaga kehormatan dan jatidiri negara. Bendera itu lebih berharga dari nyawa, menghargai simbol adalah bukti kecintaan terhadap negara!”