Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Bendera dalam Secangkir Kopi dan Kue

Marhaen Wijayanto.-Dok Pribadi-

 

“Pak John, tiap hari jualan kue saya sama sekali tak laku. Ke mana kiranya saya harus mencari uang? Bahkan presiden yang kita pilih kemarin juga tak mendengar, saya yakin dia tak tahu betapa laparnya perut saya.”

 

“Umpama kita duduk selama tiga tahun di atas batu, bisa jadi kesusahan kita hari ini akan jadi kenikmatan kita di kemudian hari.Betapa kemerdekaan bangsa ini sangatlah nikmat dibanding dengan apa yang terjadi dengan saudara kita di Jalur Gazza.” 

 

Mang Arpan sedikit terperanjat dengan ucapan kakek barusan. Ia mengambil koran dan membaca sembari menanti pembakar semangatnya itu memberi petuah, Dialah kakek John! Beliau selalu saja menjadikan Palestina sebagai pemantik. 

 

“Kenikmatan yang tidak mereka dapatkan meski  berasal dari meja makan! Tidak ada anak  Palestina merasakan nikmatnya makan malam jika hidupnya selalu dihantui bom dan rudal.  Kemerdekaan yang kita rasakan harusnya kita syukuri, meski itu sekadar berasal dari meja di kedai kopi dan warung tempat kita membicarakan kejelekan orang.” 

 

“Jangankan diberikan kemerdekaan, bahkan ketika  makan pun kita harus selalu bersyukur. Bukan hanya kepada yang memasak, tetapi juga kepada petani, alam, hewan, dan semua yang berperan dalam tersajinya makanan.”

 

Mang Arpan yang sedang pusing mencari biaya persalinan anak ketujuhnya agak lega karena ayah muncul dari bengkel dan memberinya amplop berisi uang lima juta. Katanya itu pinjaman lunak, boleh dikembalikan kalau ada uang saja, meski risiko kebaikan ayah itu akan membuat Mang Arpan mencetak anak lagi.

 

 Lalu ayah kembali berkutat dengan mobil bobrok di bengkelnya dan kakek pun melanjutkan nasihatnya.  

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan