Rahasia Ibadaha Haji
Iswandi Syahputra-Dok Pribadi-
Rukun pertama, Ihram. Artinya karam kepada Allah Swt. Wujud kekaraman diri ini disimbolkan dengan pakaian ihram berwarna putih. Bukan hanya putih bersih bajunya, tetapi yang terpenting adalah bersih dan suci hatinya. Artinya, semata-mata hanya satu tujuannya, yaitu datang memenuhi undangan Allah SWR dan Rasul-Nya di Baitullah.
Sebab itu, kemudian mengucapkan “Labbaik Allahumma Labbaik”, “Ya Allah, aku datang memenuhi undangan-Mu Ya Allah”. Siapa yang diundang? Siapa yang datang? Yang diundang dan yang datang adalah nikmat iman yang bersemayam dalam hati, namanya mukmin yang ada dalam tubuh manusia tidak perempuan atau laki-laki. Ini akan menghantarkan suasana kebatinan yang sebenar-benarnya bersih dari dasar hati yang suci.
Rukun kedua, Wukuf di Arafah. Haji adalah ‘arafah (al-hajju ‘arafah). Dasar ini kemudian dijadikan hujjah bahwa standar utama haji adalah wukuf di ‘Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah, dari sejak tergelincirnya matahari hingga tenggelamnya. Wukuf adalah mendiamkan ucapan dan perbuatan yang hina, untuk mengaktifkan nikmat iman dalam hati nurani yang mulia, dengan cara berhakikat mengingat Allah Swt di Baitullah.
Di Arafah inilah, Nabi Adam As terjeli secara batiniah melihat (‘arafah) Tuhannya di Baitullah. Sejak saat itu, bukit tersebut bernama ‘Arafah. Ini akan menghantarkan suasana kebatinan yang takjub, sebenar-benar takjub, takjub setinggi-tinggi takjub secara ruhani. Perjalanan batin spiritual setiap jamaah haji yang tidak biasa bagi yang bisa merasakannya.
Rukun ketiga, Tawaf. Tawaf bukan hanya kegiatan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Tawaf pada hakikatnya adalah kunjungan ruhani mengendarai jasad jasmani untuk datang mengintip-intip kepada yang mengundang jama’ah haji. Saat tawaf, pandangan batin yang banyak pada yang satu dan pandangan yang satu yang ada di dalam kepada yang banyak.
Sehingga saat tawaf, seharusnya benar-benar khusyuk batinnya, hening damai hatinya, tenang sejuk ruhaninya. Walau badan fisik terhimpit, kadang terdesak, sering terombang-ambing oleh arus pergerakan lautan jamaah, tapi mata batin ruhani harus tetap penuh konsentrasi memandang dan mengintip-intip Yang Satu ada di dalam, supaya Ia memandang yang di dalam orang banyak.
Jika dihayati dan diresapi dengan sangat hati-hati dan mendalam, tak terasa perasaan sangat rindu hadir menyelinap, sebenar-benar rindu ingin bertemu dengan yang mengundang haji. Menghiba menangis terisak hingga merengek-rengek, menghiba-hiba ingin terjeli dapat berjumpa.
Rukun keempat, Sa’i. Merupakan aktivitas berjalan dan pada bagian tertentu berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwa, sebanyak tujuh kali. Siti Hijir telah mencontohkan, bahwa berlari-lari kecil tersebut dalam rangka mencari air untuk memandikan Isma’il As, sesaat setelah ia terlahir.