KORANBABELPOS.ID.- Indonesia sudah dilanda fFenomena La Nina, sehingga menjadi lebih sering diguyur hujan. Fenomena La Nina adalah pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik.
Selama La Nina berlangsung, suhu permukaan laut di sepanjang timur dan tengah Samudra Pasifik mengalami penurunan. Akibatnya, musim kemarau lebih singkat.
Puncak musim kemarau yang seharusnya terjadi pada Agustus hingga September 2024.
Para ilmuwan cuaca memperkirakan La Nina mencapai puncak sekitar Oktober atau November 2024 dan berpotensi mengganggu sektor pariwisata.
"Wisata alam terbuka, seperti pantai, pegunungan, atau air terjun bisa terdampak akibat kemunculan La Nina," kata Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Eddy Hermawan.
La Nina membuat awan-awan besar yang terbentuk akibat pemanasan air laut menjadi sulit meninggalkan wilayah Indonesia karena kawasan timur tidak panas. Awan-awan besar itu menuju ke pusat tekanan rendah.
“Bagaimana mungkin terbentuk pusat tekanan rendah kalau suhu permukaan laut mendingin," ujar Eddy Hermawan.
BACA JUGA:Hujan dan Badai di Musim Kemarau, La Nina Kah?
Sudah Diprediksi WMO
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) sebelumnya menyebut Indonesia dalam ancaman datangnya gelombang badai fenomena anomali iklim La Nina. Badai besar La Nina diprediksi akan menghantam sejumlah wilayah Indonesia tepatnya tahun 2024 pertengahan.
Dalam catatan sebelumnya dikatakan:
* Untuk di Bulan Juli ini, curah hujan > 300mm:
Masing-masing sebagian Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
* Agustus 2024 | curah hujan > 300mm:
Sebagian kecil Aceh, Sumatera Utara, kalimantan Barat, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Tengah.