Pembelajaran Mendalam (Deed Learning) Berbasis Kepramukaan

--

Oleh Nilawati, M.Pd.
Pembina Pramuka SMAN 1 Airgegas

Pendidikan kepramukaan dianggap sebagai salah satu metode efektif dalam membentuk karakter siswa di Indonesia. Program kepramukaan tidak hanya mengajarkan keterampilan praktis seperti keterampilan bertahan hidup dan kemandirian, tetapi juga nilai-nilai moral, kepemimpinan, dan kewarganegaraan yang penting bagi pembentukan karakter generasi muda.

Dalam hal ini pendidikan kepramukaan dapat dimaknai sebagai pengalaman belajar atau proses belajar bagi  peserta didik yang diperoleh ketika mereka memiliki kesadaran untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mampu meregulasi diri sesuai dengan jenjang usia beserta tingkat dan golongan kepramukaan tersebut.

Pembelajaran mendalam dalam wawasan kepramukaan diharapkan Peserta didik memahami tujuan pembelajaran, termotivasi secara intrinsik untuk belajar, serta aktif mengembangkan strategi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut dengan maksimal.

Gerakan Pramuka Indonesia merupakan sebagai sebuah organisasi pendidikan nonformal yang fokus pada pengembangan kepemimpinan dan karakter generasi muda di Indonesia. Nama “Pramuka” berasal dari singkatan Praja Muda Karana, yang berarti Orang Muda yang Suka Berkarya.

Gerakan Pramuka terdiri dari berbagai kelompok usia, yaitu Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun), dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Selain itu, terdapat pula kelompok lain seperti Pembina Pramuka, Andalan Pramuka, Korps Pelatih Pramuka, Pamong Saka Pramuka, Staf Kwartir, dan Majelis Pembimbing.  

Secara internasional, Gerakan Pramuka dikenal sebagai scouting, yang telah berkembang tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Menurut Anggadiredja (2014), pendiri gerakan ini merumuskannya sebagai media untuk meningkatkan karakter anak-anak dan remaja serta melatih mereka agar bertanggung jawab dan mandiri saat dewasa nanti.

Prinsip Dasar Kepramukaan yang menjadi landasan setiap kegiatan pramuka meliputi cinta alam, kemandirian, keberanian, dan kejujuran. Hal ini mencerminkan nilai-nilai dasar yang dijunjung tinggi dalam setiap aspek kehidupan pramuka. Melalui pendekatan yang menyenangkan dan menantang, kepramukaan mendorong partisipasi aktif dan kolaboratif dari para anggotanya dalam menghadapi berbagai tantangan dan memecahkan masalah secara kreatif.

Metode kepramukaan sendiri dirancang untuk mengoptimalkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Misalnya, melalui sistem progresif dan pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman, setiap anggota pramuka dapat belajar dari tindakan langsung dan pengalaman langsung. Ini tidak hanya mengembangkan keterampilan praktis, tetapi juga menguatkan karakter mereka melalui proses refleksi dan evaluasi.

Dalam perjalanannya pendidikan kepramukaan telah lama diakui sebagai salah satu metode efektif dalam pembentukan karakter siswa. Program ini tidak hanya mengajarkan keterampilan praktis di alam terbuka, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai moral dan etika yang mendorong siswa untuk berkembang menjadi individu yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia.

Melalui kegiatan-kegiatan seperti perkemahan, pelayanan masyarakat, dan pelatihan kepemimpinan, kerja sama, tanggung jawab, serta kejujuran yang perlu siswa siapkan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang lebih luas.  Selain itu, kepramukaan juga memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan kepemimpinan.

Melalui peran-peran dalam struktur kepramukaan, seperti ketua regu atau pangkalan, siswa belajar untuk mengambil inisiatif, memimpin, dan berkomunikasi dengan baik. Kemampuan ini tidak hanya penting untuk pengembangan pribadi mereka, tetapi juga untuk kesiapan mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Dalam konteks dunia pendidikan, pendekatan yang relevan, kreatif, dan terintegrasi menjadi kunci bagi para pendidik dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna. Di Indonesia, secara kontekstualisasi Gerakan Pramuka sebagai salah satu organisasi pendidikan yang menggunakan Metode Kepramukaan sebagai pendekatan pembelajarannya.

Menariknya, Metode Kepramukaan ini berkaitan erat dengan konsep Deep Learning yang diperkenalkan oleh Abdul Mu'ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah saat ini, yang menekankan tiga prinsip: Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning. Jika kita perhatikan lebih lanjut, Metode Kepramukaan tidak hanya mendukung, tetapi bahkan menyempurnakan konsep Deep Learning ini.

Mengapa Metode Kepramukaan dan Deep Learning Relevan?
Metode Kepramukaan memiliki delapan elemen inti yang dirancang untuk mendorong peserta didik belajar melalui pengalaman nyata, dengan nilai-nilai Pramuka sebagai pondasi utama.

Elemen-elemen tersebut mencakup praktik kode kehormatan, belajar sambil melakukan, kerjasama kelompok, kegiatan yang menarik dan menantang, kegiatan di alam terbuka, bimbingan dari orang dewasa, penghargaan berupa tanda kecakapan, serta satuan terpisah antara putra dan putri. Bersama-sama, elemen ini membantu peserta didik tumbuh dalam lingkungan yang mendukung perkembangan kognitif, sosial, emosional, dan spiritual mereka.

Dalam DEEP LEARNING, kita berbicara tentang pembelajaran yang mencakup kesadaran penuh (Mindful Learning), keterkaitan dengan kehidupan nyata (Meaningful Learning), dan kegembiraan dalam belajar (Joyful Learning). Ketiga konsep ini tidak hanya cocok dengan filosofi pendidikan, tetapi juga esensial bagi pembentukan generasi muda yang kritis, tangguh, dan peduli.

Lantas, bagaimana Metode Kepramukaan mampu merangkul DEEP LEARNING ini?
1. Mindful Learning: Belajar dengan Kesadaran
Mindful Learning berarti mengajarkan siswa untuk sadar akan apa yang mereka pelajari, memahami alasan di balik setiap aktivitas, serta mengembangkan sikap reflektif terhadap pengalaman mereka. Di sinilah Metode Kepramukaan memainkan peran penting.
Melalui Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka, peserta didik diajak menghidupi nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian. Mereka belajar bahwa setiap tindakan yang mereka lakukan memiliki dampak, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Selain itu, kehadiran orang dewasa dalam kegiatan Pramuka sebagai pembimbing, pelindung, dan motivator menjadi pengingat akan pentingnya kehadiran teladan yang memberi arahan. Dengan bimbingan dari orang dewasa yang peduli, peserta didik dapat merasakan pembelajaran yang lebih bermakna, yang membantu mereka memahami nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Pramuka di alam terbuka juga mendorong anak untuk lebih peka terhadap lingkungan, menjaga keseimbangan alam, dan memahami pentingnya konservasi. Kesadaran penuh ini adalah pondasi dari pendidikan yang efektif dan mendalam.

2. Meaningful Learning: Belajar yang Bermakna
Meaningful Learning mengajak peserta didik untuk memahami relevansi dari apa yang mereka pelajari dan bagaimana itu berhubungan dengan kehidupan nyata. Metode Kepramukaan memfasilitasi ini melalui pendekatan belajar sambil melakukan.

Setiap anggota Pramuka tidak hanya duduk mendengarkan teori, tetapi diajak untuk mempraktikkan keterampilan yang mereka pelajari. Apakah itu memasak di luar ruangan, mendirikan tenda, atau berorganisasi dalam kegiatan kelompok, semua keterampilan ini memberikan pengalaman nyata yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian, kegiatan berkelompok, Bekerjasama, dan Berkompetisi memungkinkan peserta didik mengembangkan kecakapan sosial seperti kepemimpinan, tanggung jawab, dan kerja sama.

Melalui kegiatan berkelompok, peserta didik belajar bagaimana bekerja sama, memimpin, sekaligus menghargai peran setiap anggota. Dengan cara ini, Pramuka tidak hanya mempersiapkan peserta didiknya untuk menjadi anggota masyarakat yang berkontribusi, tetapi juga menanamkan pemahaman tentang pentingnya peran individu dalam masyarakat.

3. Joyful Learning: Belajar yang Menyenangkan
Aspek terakhir dari Deep Learning, yaitu Joyful Learning, mengajarkan bahwa pembelajaran seharusnya tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga pengalaman yang menyenangkan dan memotivasi. Di pramuka, ini diwujudkan melalui Kegiatan yang Menarik dan Menantang.

Kegiatan-kegiatan dalam Pramuka seperti berkemah, petualangan di alam bebas, lomba keterampilan, atau bahkan membuat kerajinan tangan, hasta karya dan teknologi tepat guna mendorong peserta didik untuk aktif dan menikmati proses belajar yang menyenangkan namun penuh tantangan dan daya berpikir kritis.

Pembelajaran yang menyenangkan tidak hanya meningkatkan motivasi, tetapi juga memperkuat keterikatan emosi antara peserta didik dengan kegiatan yang mereka lakukan. Selain itu, Kegiatan di Alam Terbuka membawa pembelajaran di luar kelas yang formal dan membuatnya menjadi pengalaman menyenangkan.

Mereka belajar mengenali tantangan dan menghadapinya secara langsung, yang meningkatkan rasa percaya diri dan kegembiraan dalam belajar. Serta secara emosional dalam kepramukaan  sehingga lebih mudah memahami, mengingat, dan menerapkan pengetahuan.

Pada akhirnya, pendidikan sejati adalah yang mampu menghubungkan hati, pikiran, dan tindakan. Dan Metode Kepramukaan, jika dipadukan dengan prinsip Deep Learning, menawarkan peluang besar untuk mewujudkan hal ini. Ini adalah model pendidikan yang tidak hanya mengajar, tetapi juga menyentuh dan memotivasi setiap anak untuk menjadi versi terbaik dirinya.**

Tag
Share