"Itu berkat cerpen karya beliau," ungkap seorang warga Kampung yang lain.
"Hebat sekali Pak Markudut. Lewat cerpen bisa memaksa seorang Presiden datang ke Kampung ini," lanjut warga lainnya.
Senja mulai tiba. Seonggok awan hitam muncul disela awan biru yang teronggok. Burung-burung camar mulai berterbangan. Menari-nari diatas langit yang biru. Sebuah diorama alam yang terperikan.
Nama Markudut kembali menjadi perbincangan publik, ketika cerpennya berjudul " Selamat Datang Bupati Baru " terbit di koran Minggu.
Sebuah cerpen yang berkisah tentang warga Kota yang akan memiliki seorang Bupati baru.
Terbukti sekali. Cerpen itu terbukti sekali. Hari rabu nya lewat Pilkada langsung, warga kota telah memilih Bupati baru mereka.
BACA JUGA:CERPEN: Tak Ada Lagi Lahan Kosong untuk Kuburanku Nanti
"Pak Bupati terpilih ingin mengundang Bapak ke rumahnya dalam acara syukuran kemenangan beliau. Beliau ingin berterima kasih kepada Bapak,' ungkap seorang timses Bupati terpilih kepada Markudut.
"Benar sekali Pak. Cerpen bapak telah meluluhlantakkan hasil survey yang dirilis paslon lainnya. Kami, atas nama Pak Bupati terpilih dan timses sangat berterima kasih sekali kepada bapak," sambung timses paslon bupati terpilih dengan wajah berseri-seri.
Markudut hanya terdiam. Tak menjawab. Bahkan terkesan bingung dengan analisa timses yang menang.
Dirinya dalam menulis cerpen cuma berdasarkan imajinasi. Tak pernah menggunakan kata-kata bijak dari para praktisi terkenal. Kalimat yang diusungnya dalam paragraf cerpen sangat sederhana. Diksi sehari-hari. Tidak berbelit-belit.
Dalam menulis cerpen dirinya hanya mengandalkan intuisi. Bukan berdasarkan analisa ilmiah. Soal politik dirinya buta sama sekali.
Hanya dengan anggukan kepala yang menandakan dirinya telah menjawab ungkapan timses bupati terpilih.
Malam makin melarut. Desis suara anjing hutan liar terdengar mendengus dengan keras mencari mangsanya.
Sekeras jari-jari Markudut bermain di atas tuts komputer tuanya yang kadang sering error dimakan zaman.
Malam itu, dirinya sedang menulis sebuah naskah cerpen yang bertemakan kematian. Lancar sekali lelaki setengah baya itu menulis. Tak sampai 30 menit naskah itu selesai. Dan siap dikirimkannya ke redaksi koran via email.