menyerang mereka tanpa bisa dilawan. Dalam pikiran mereka, para penguasa akan segera membumihanguskan mereka dengan keji,. Dan sudah dipastikan mereka tidak bisa melawan. seperti tentara zionis membunuh pejuang Islam di Gaza.
“Tamatlah riwayat kita.”
Koin Seribu Rupiah menatap saudara-saudaranya dengan tatapan masygul. Ia tidak bisa membayangkan bahwa persaudaraan mereka akan sirna oleh suatu kebijakan yang tidak pro kepada yang kecil.
Benar saja kekhawatiran mereka ternyata jadi kenyataan, karena beberapa saat kemudian terdengar langkah kaki mendekati hunian mereka.
Dan dengan sekali cengkeraman tangannya meraih sebuah mug tempat koin-koin itu berdiam diri. Mug itu bergambar pasangan calon bupati suatu daerah. Kemudian koin-koin itu merasa bahwa mereka dibawa terbang pindah dari lokasi awal ke suatu lokasi baru.
**
Suasana gelap kini menyelimuti koin-koin itu. Setelah tadi mereka merasakan tempat tinggal mereka seperti mengalami gempa bumi yang sangat dahsyat, lebih dahsyat dari gempa bumi di Aceh pada tahun 2004 silam. Setelah itu mereka merasakan terjun bebas dari posisi yang sangat tinggi.
Kini mereka sudah berpindah tempat dan mungkin sebentar lagi akan berpindah alam. Mereka tidak tahu takdir apa lagi yang akan menghampiri mereka. Mungkin dengan pergantian rezim, mereka bisa eksis kembali atau mungkin juga rezim yang baru akan lebih kejam. Mereka meratapi nasib dengan sebuah pertanyaan besar yang belum terjawab. Mengapa mereka dilahirkan?.
SYABAHARZA adalah nama pena dari Syamsul Bahri Arza. Putra asli Pelabuhan DDalam,