Rahasia 2 Pengusaha

Rahasia 2 Pengusaha

Kamis 11 Sep 2025 - 17:01 WIB
Reporter : Tim
Editor : Syahril Sahidir

Oleh: AHMADI SOFYAN

Penulis Buku / Pemerhati Sosial Budaya

“JIKA kamu ingin rezekimu seperti rezeki seorang Raja, maka perlakukan orangtuamu seperti Raja. Jika kamu ingin rezekimu seperti rezeki seorang Babu (pembantu), maka perlakukan orangtuamu seperti Babu”

-----------------

BERBAGAI ilmu dan pelatihan enterpreneur seringkali hanya memberikan konsep egois dengan mengutamakan kerja keras, networking serta cerdas mencari peluang dalam membuka usaha tapi jarang bahkan tak pernah berbicara tentang “kramat hidup”, yakni bagaimana mengawali sukses dari berakhlak baik kepada orangtua, berbuat baik (peduli) pada lingkungan dan belajar bermanfaat bagi banyak orang. Karena dalam kehidupan ini, bukan hanya kesuksesan yang harus kita raih, tapi juga keberkahan. 

Pengusaha 1

PENGUSAHA pertama yang saya ceritakan ini adalah sosok yang tidak saya kenal secara langsung kecuali dari berbagai referensi dan bacaan tentang dirinya serta cerita mulut dari teman-teman pengusaha lainnya. Kesuksesan yang ia raih berangkat dari ketiadaan menjadi serba ada. 

Pengusaha baja sekaligus Pemilik PT. Artha Mas Graha Andalan asal Banyuwangi ini ketika ditanya rahasia suksesnya, menjawab diluar dugaan dan jauh berbeda dengan jawaban rahasia sukses pengusaha lainnya yang pernah saya baca dari berbagai buku rahasia sukses. Jawabannya jika diurut dalam bahasa tulis saya adalah: “Jika kamu ingin rezekimu seperti rezeki seorang Raja, maka perlakukan orangtuamu seperti Raja. Jika kamu ingin rezekimu seperti rezeki seorang Babu (pembantu), maka perlakukan orangtuamu seperti Babu”. Bahkan menurut sebuah lembaga survei yang mengambil sampel pada 700 keluarga di Jepang, anak-anak yang sukses adalah mereka yang memperlakukan dan melayani orangtuanya seperti seorang Kaisar (Raja).

Intinya Allah SWT memberikan rezeki itu tergantung dengan akhlak kita kepada kedua orangtua. Rezeki yang dimaksud disini bukan hanya materi, tapi bisa kesehatan, keselamatan, kehidupan sosial, keahlian, keturunan soleh/solehah dan sebagainya. Bercermin dari Pengusaha ini, tanpa kita sadari, saat sudah bekeluarga dan memiliki anak, kerapkali kita menjadikan orangtua sebagai pembantu (babu) yang bertugas menjaga, mengasuh anak-anak kita dan bahkan memasak dan membersihkan rumah yang kita (anak dan menantunya) sibuk bekerja di kantor. Nauzubillahi min dzalik....

Pengusaha 2

PENGUSAHA kedua ini adalah pengusaha muda Tionghua yang berusia 46 tahun. Sosoknya sangat akrab dan sangat saya kenal bahkan hampir tiap hari jika ia berada di Jakarta, kami selalu berbincang baik langsung maupun melalui telepon. Sikapnya standar dan tak pernah ambisi unjuk diri, pemikirannya datar namun tertata dan selalu ingin belajar. Kesuksesan yang ia raih dengan memiliki beberapa pabrik dan usaha lainnya diawali dari nol dan dalam waktu yang cukup singkat tanpa harus menjegal usaha orang lain atau bermain kotor dalam bisnis yang ia geluti. 

Banyak orang yang bertanya: “Apa rahasia suksesnya?” sang pengusaha ini selalu menjawab singkat: “Berbuat baik”. Kepada saya ia jelaskan maksud “berbuat baik” adalah peduli, yakni berbuat baik kepada Tuhan, Orangtua, Keluarga, Pemerintah, Masyarakat, Alam, Binatang dan Tumbuh-tumbuhan. Pernyataan ini bukan sekedar kiasan bibir, namun saya melihat sendiri bagaimana ia berperilaku dalam keseharian dan cara ia berbisnis dari kalimat “berbuat baik” yang kerapkali ia diskusikan kepada saya.

Namun melalui tulisan ini, saya hanya ingin menceritakan bagaimana ia “berbuat baik” kepada orangtua (Ibu). Kala usahanya seret, sang Ibu (Mak) sakit keras akibat usia yang sudah senja. Kepada saya ia sering diskusi mengenai usaha seret dan Mak yang sedang sakit keras, namun tak sekalipun terucap kalimat mengeluh. “Saya bangkrut, jatuh miskin dan seluruh harta terjual demi orangtua tidak ada persoalan!” Kalimat yang terucap membuat saya terdiam dan merasakan getaran tersebut sehingga menjadi cermin bagi diri saya apakah saya mampu seperti itu? Pesawat pun ia carter membawa Ibunya berobat keluar negeri. Pekerjaan ia tinggalkan berbulan-bulan demi menunggu sang ibu di rumah sakit walaupun ia memiliki banyak saudara untuk bisa bergiliran melakukan itu. 

Ketika Ibunya meninggal, sang pengusaha ini bertanya kepada saya: “Apakah saya sudah berbuat baik kepada orangtua?”. Saya pun menjawab: “Insya Allah”. Dalam hati saya berkata bahwa saya bangga bisa mengenal dan banyak belajar dari sosok yang sangat menghormati dan peduli kepada orangtua ini. Selanjutnya tak lama setelah kematian Ibunya, usahanya justru meningkat drastis dan ia sendiri merasakan berbagai keberkahan dalam hidup. Kepada saya ia katakan: “Ini karena saya peduli dengan Ibu semasa hidup. Ini semua berkah dari ibu saya”. Saya bersyukur tak terhingga, karena sampai hari ini saya adalah orang yang kerapkali menjadi teman diskusinya dalam berbagai hal. Disinilah saya merasa beruntung dan bersyukur karena banyak belajar tanpa harus membayar bahkan dibayar olehnya walau hanya sebagai teman diskusi. 

Dalam perilaku sehari-hari, sang pengusaha ini sepengetahuan saya tak pernah ngelayap dalam kehidupan malam seperti diskotik, main perempuan, punya selingkuhan, hura-hura dan menjegal usaha orang lain. Walaupun bukan seorang Muslim, ia justru berkepribadian seperti yang diajarkan dalam agama Islam. Seringkali saya malu dengan perilakunya yang lebih Islami daripada saya yang notabene muslim. Ia sangat menghormati orang, baik tua maupun muda, bicara santun, tingkat kepedulian tinggi, berperilaku mendidik, kepala rumah tangga yang baik, tidak egois, bersikap melayani bukan minta dilayani, tidak gila pujian, sehingga menulis hal ini saya pun tak perlu menyebut namanya dan menceritakan atau menunjukkan tulisan ini kepadanya.  

Kategori :

Terkait

Kamis 25 Dec 2025 - 14:42 WIB

Jomblo dan Tahun Baru

Kamis 18 Dec 2025 - 14:44 WIB

Polisi & Perempuan

Kamis 11 Dec 2025 - 17:32 WIB

Banjir

Kamis 04 Dec 2025 - 17:44 WIB

Dak Nenger di Padah

Kamis 27 Nov 2025 - 15:51 WIB

Guru, HAM dan PGRI