KORANBABELPOS.ID.- Ada 2 hal yang tampaknya tak akan terungkap secara terang benderang dalam siding Kasus Tipikor Tata Niaga Timah di IUP PT Timah 2015-2022. Hal ini bertolak dari keterangan terdakwa Harvey Moeis yang menjadi sentral dalam kasus ini, tak pernah mau membuka secara rinci meski terus didesak oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) maupun majelis hakim.
Harvey Moeis sepertinya sengaja 'pasang badan' untuk tidak membuka semuanya ecara vukgar?
Untuk uang CSR Rp 420 miliar, misalnya, hingga saat ini belum ada keterangan pasti kemana saja, selain ada keterangan membantu Covid-19 ke RSCM Jakarta Rp 15 Miliar. Lalu sisanya Rp 405 Miliar kemana?
Kemudian, sosok 'wasit' dari Jakarta, hanya dikatakan, calon pengganti Kapolda Babel saat itu.
"Ada diatur sama wasit?" tanya jaksa.
Harvey mengatakan tidak ada. "Kurirnya Bu Helena nanya saya lagi posisi di mana. Kalau lagi posisi di rumah, diantar ke rumah. Kalau di mal, di mal."
"Uang yang diantarkan itu, dilaporkan ke wasit juga?" tanya JPU.
Harvey lagi-lagi menjawab tidak. "Saya kelola sendiri, saya simpan sendiri."
"Tidak ada laporan ke wasit?" cecar jaksa.
Harvey kembali menegaskan, "saya tidak melaporkan ke siapa-siapa, saya simpan sendiri, saya kelola sendiri."
Hakim Ketua, Eko Aryanto, lalu mengambil alih. "Mengenai wasit itu sudah dijawab? Wasit itu siapa?"
"Sudah dijawab," ujar Harvey.
Eko kembali bertanya, "siapa?"
"Pengganti Kapolda baru, Yang Mulia," jawab Harvey.
Eko lagi-lagi bertanya, "Kapolda waktu itu kan meninggal. Digantikan siapa?"