Kita Semua adalah Buruh
Ahmadi Sopyan-screnshot-
Dalam tutur lisan masyarakat Pulau Bangka, “kelenger” itu bermakna setengah mati atau hampir mati, setingkat diatas “kelenger” adalah “tegelane/tegelana”. Bagaimana tidak, jika berani jujur, beberapa tahun terakhir ini banyak hal yang membuat rakyat Indonesia hidup dalam keadaan “kelenger”. Entah itu “kelenger” akibat persoalan ekonomi yang semakin menyedihkan ditambah harga tetap melejit pada posisi untuk orang berduit, lapangan pekerjaan kian susah, ditambah dengan wabah corona melanda, penegakan hukum yang tebang pilih, penistaan agama merajalela, serta kedaulatan negeri yang bikin ngeri dan hutang kian menumpuk sehingga memudahkan pemberi hutang mengeruk Sumber Daya Alam (SDA) negeri ini. Kedepannya, percayalah! Kalaulah SDA dikeruk, maka SDM (Sumber Daya Manusia) yang tidak sejalan dengan keinginan, bakalan diciduk. Owh… bukan kedepan, tapi sudah terjadi kah?
Orde Kelenger akan terjadi manakala Wakil Rakyat (Legeslatif) yang seharusnya berada pada posisi mendengarkan, menyuarakan dan mengatasi persoalan rakyat melalui kekuasaan Eksekutif, nyatanya rakyat seperti tak memiliki wakil. Wakil Rakyat berubah menjadi Waki Pemodal. Yudikatif yang seharusnya pada posisi ditengah alias netral, namun banyak yang tidak bisa dipercaya kinerjanya. Rakyat seperti kehilangan kepercayaan kepada siapapun, bahkan pada dirinya sendiri. Ibarat kapal, negeri ini berjalan tanpa kemudi, berlayar ditengah samudera mengikuti kemana angin menerpa. Ketidakberdayaan ini kian menumpuk di hati rakyat dan ketika itu berkumpul menjadi satu, tidak ada jalan lain kecuali adalah teriakan yang membahana seantero negeri. Maka, jangan pernah bermain-main dengan rakyat kecil.
Nah, jika Indonesia diibaratkan sebuah kapal ditengah samudera, kita masih memiliki bahan bakar walau sudah menipis, kapal masih memiliki kemudi alias belum patah, sehingga masih ada upaya untuk dikendali. Gelombang makin menerjang, angin bertiup tak pasti, pulau yang dijangkau belumlah kelihatan. Karenanya itu membutuhkan Nakhoda yang benar-benar memiliki pengetahuan dan pengalaman. Bukan nakhoda yang keputusannya mencela-mencele, bahkan membuat tidak sepaham diantara ABK (Anak Buah Kapal) sendiri.
Indonesia bukanlah negeri cengeng, ia sudah didera berbagai permasalahan, up and down, pasang surut. Kita bukan bangsa kerupuk yang karena air dan cuaca langsung melempem. Tapi kita bangsa besar yang pasti bisa mengatasi persoalan yang datang bertubi. Hanya saja, kita harus sadar, bahwa Majapahit yang kejayaannya (kedaulatannya) luar biasa menguasai seluruh Nusantara (termasuk wilayah negara-negara tetangga sekarang ini), usianya ratusan tahun, harus punah. Sedangkan kita Indonesia belum sampai seratus tahun? belum berjaya sebagaimana Majapahit, apakah bisa bertahan? Masihkah kita benar-benar habis tegelane? Karena sejak beberapa periode ini, kita sedang masuk “Orde Kelenger” lho. Entahlah!
Selamat hari Buruh. Kita semua rakyat Indonesia adalah buruh. Mohon maaf, jalan Anda terganggu, karena sedang ada perbaikan Negara!
Salam Buruh!(*)