PEMBENTUKAN BKR, API DAN GRI DI PANGKALPINANG
Akhmad Elvian-screnshot-
Angkatan Pemuda Indonesia (API) secara nasional didirikan di Jakarta tidak lama sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia. API adalah organisasi kepemudaan yang berdiri mewakili pergerakan “golongan muda”, API menginginkan kemerdekaan yang mandiri dan tanpa menunggu restu dari penguasa Jepang. API di Jakarta menyatakan bahwa pendiriannya bertujuan untuk memperteguh kedaulatan Republik Indonesia berdasarkan kedaulatan rakyat dengan memperjuangan masyarakat yang adil dan makmur (Soewito 1993: 278). API di Jakarta memiliki beberapa cabang di Jawa Barat yaitu di Bandung, Bogor, Banten, Sukabumi, dan Cirebon (Soewito 1993: 278) ). Organisasi API juga berdiri di Luar Jawa seperti di Keresidenan Bangka Belitung dan di Aceh. Para pemuda adalah kelompok yang secara langsung dan tegas memaklumkan, bahwa mereka akan membela kemerdekaan yang telah diproklamirkan dari sikap represif Jepang yang diperintahkan menjaga status quo di daerahnya serta dari rongrongan Belanda yang ingin berkuasa Lagi (Gunawan, dkk, 2015:94).
Angkatan Pemuda Indonesia (API) adalah salah satu organisasi yang ikut dalam kongres pemuda yang dilaksanakan pada tanggal 10 November 1945 di Yogyakarta. Inisiatif penyelenggaraan kongres pemuda berasal dari kelompok pemuda API (Angkatan Pemuda Indonesia). Pada tanggal 10 dan 11 November 1945, badan-badan perjuangan yang dibentuk di luar Badan Keamanan Rakyat (BKR) mengadakan Kongres Pemuda Indonesia di Balai Mataram Yogyakarta. Tujuan kongres pemuda tersebut untuk menghimpun segenap potensi pemuda dan menggalang parsatuan dan kesatuan guna merealisasikan pemindahan kekuasaan secara fisik serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pembukaan kongres dilakukan di Alun-alun Utara Yogyakarta pada tanggal 10 November 1945. Kongres dihadiri oleh 332 orang utusan dari 30 organisasi pemuda di Indonesia. Dalam kongres tersebut berkenan memberikan amanat antara lain Presiden Soekarno, Sri Sultan HB IX dan Sri Paku Alam VIII. Hadir dalam kongres Drs. M. Hatta, menteri negara dan wartawan asing. Ketika kongres berlangsung peserta dari Surabaya meninggalkan kongres karena bertepatan dengan Pertempuran Surabaya melawan Sekutu.***