Non Regitur Ab Aliquo, tapi Menyerap tanpa Menyaring

Marwan-Dok Pribadi-

Kalau Cak Nur dirumuskan pemikiran besarnya yang disebut Trilogi Pemikiran Nurcholis Madjid yaitu Tauhid, Pluralisme dan Indonesia sebagai modern nation state. Maka ingin saya dasari pemikiran ini dalam Trilogi Penguasaan, yaitu cara menguasai diri seorang individu secara rasional melalui tiga jalan yaitu Pikiran (Kepala), Rasa/Kepercayaan (Hati), dan Kebutuhan (Perut). Ini menjadi landasan-landasan yang saya rasa rasional dalam menafsirkan pola penguasaan terhadap diri seorang manusia. Hal yang sering terjadi, dibalik penguasaan seseorang terhadap orang lain tentunya ada tujuan tersendiri. Seringkali orang yang terbawa arus pemikiran orang lain, pasti buta kesadaran terhadap tujuan tersembunyi tersebut.

 

Dari berbagai dinamika dalam penguasaan yang terjadi didalam suatu wadah, baik organisasi dan sebagainya. Maka dari kacamata Trilogi Penguasaan yang menekankan pada aspek realita dan rasional tersebut, ada beberapa hal yang menjadi perspektif saya terhadap banyak peristiwa yang benar-benar terjadi. Penguasaan pikiran dan rasa/keyakinan, seringkali hal ini rentan dilakukan terhadap orang yang masih belum mendalami dinamika dalam sebuah organisasi (sebut saja polos). 

 

Penguasaan terhadap orang seperti ini seringkali dilakukan dengan memberikan pemikiran-pemikiran yang membuat tertariknya seseorang dan seolah-olah dirinya tinggi dalam berbagai bidang. Sehingga ada rasa kagum terhadap yang memberikan asumsi-asumsi tersebut. Namun ada banyak upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam menguasai orang lain melalui pikiran, baik itu diawali dengan membaca kondisi dan situasi seseorang. 

 

Beberapa hal yang memang saya rasa terjadi bahwa ada bentuk penguasaan terhadap diri orang tersebut, yang dilakukan dengan celah kondisi suasana hati dan kecondongan orang berpikir. Saya berpandangan ada yang memanfaatkan celah itu untuk masuk dengan meniti alur berpikirnya, sehingga sering kali asumsi-asumsi yang sesuai dengan nalar berpikirnya terus diberikan. 

 

Jadi yang dirasakan oleh orang tersebut tentunya ada kesamaan pola berpikir serta keyakinan akan kebenaran dalam memandang suatu tindakan. Sering kali ketika sudah menjelma dalam keyakinan, kecil kemungkinan ada kesadaran akan maksud dan tujuan dari yang mencoba menguasai pemikirannya. 

 

Namun tidak dapat dipungkiri lagi, ada cikal bakal doktrin-doktrin yang masuk akan menjelma persekongkolan dalam mencapai tujuan tertentu, terlepas itu kepentingan pribadi, golongan atau memang untuk kemajuan bersama. Kemudian tidak terlepasnya manusia sebagai makhluk yang memiliki hawa nafsu, terutama secara materialisme. 

 

Maka kasarnya menyampaikan kalimat ini, penguasaan terhadap individu juga dilakukan melalui kebutuhan (perut). Terkadang ada individu yang terbawa arah dengan pola dan sistem orang lain karena kebutuhan perutnya terus dipenuhi. Ini yang saya maksud penguasaan jalur kebutuhan. 

 

Rasional berpikirnya adalah lihat kondisi saat ini, ada yang terus mensupport orang lain dengan materialisme/memenuhi kebutuhannya untuk ikut membantu mencapai tujuannya. Dalam dunia organisasi pun terjadi, apalagi dunia politik praktis yang belum kita selami.

Tag
Share