Kotak (tidak) Kosong

Ahmadi Sopyan-screnshot-

Pragmatis Partai Politik

“KITA rasional saja” begitulah umumnya jawaban para Ketua Partai Politik ketika ditanya mengapa mau diborong dan mengusung calon tunggal. Bahkan salah satu Ketua DPD Partai Politik yang notabene partai besar alias raksasa, menelpon saya dengan statment yang sama, padahal saya belum bertanya. 

“Rasional” dalam bahasa seorang politisi adalah kesamaan dari kata pragmatisme. Artinya apa yang dibutuhkan bisa terpenuhi, maka itulah rasional. Tak peduli demokrasi terkangkangi serta kader partai yang potensial harus tersingkirkan dari kancah persaingan. Mengapa calon menjadi tunggal? Karena dalam pandangan partai politik beberapa bulan lalu, siapapun yang melawan calon pasangan (tunggal) ini, maka pasti kalah, oleh karenanya mengusung calon yang dipastikan menang dan mereka ingin bergerombolan ada dalam kamar kemenangan itu. Tapi ternyata seiring perjalanan waktu, perubahan drastis terjadi, terutama di Kota Pangkalpinang. Masyarakat yang awalnya cuek dan tak terlalu peduli akan siapa yang diusung, tiba-tiba terbangun dan terusik sebab menyaksikan kesehatan demokrasi di wilayah mereka menjadi terganggu. Lantas terjadi gerakan yang cukup massif serta tersistematis. Tak ayal, saya melihat beberapa kader partai politik mulai berubah sikap dan mengambil jalan aman. 

Seringkali dalam berbagai diskusi saya menyampaikan cukup pedas plus judes, bahkan dihadapan para pengurus dan kader Partai Politik. Sebab ternyata ada juga Partai Politik yang agak nyeleneh dan gila, kok mau mengundang saya menjadi salah satu Narasumber duskusi di kantor partai mereka. Dihadapan para pengurus dan kader Partai Politik itu selalu saya ungkapkan bahwa “Partai politik yang notabene pengusung demokrasi adalah yang paling tidak demokratis, sebab semua keputusan dan kebijakan tergantung Ketua Umum”. Bisa jadi, inilah sebabnya mengapa orang seperti saya ini sangat tidak mungkin bisa masuk dalam kancah politik sebab tidak akan diusung dan disukai oleh partai politik. Saya sadari itu dan saya suka itu! 

Nah, kembali kepada fenomena Kotak Kosong dalam konteks Pilkada 2024 ini, penting untuk dipahami bahwa kompetitor adalah stakeholder yang esensial dalam menjaga demokrasi. Kompetisi politik yang sehat sesungguhnya tidak hanya menawarkan beragam dan keberagaman bagi masyarakat, tetapi juga mendorong kandidat untuk berinovasi dan merespons. Tanpa kompetisi yang memadai, seperti yang telihat pada fenomena Kotak Kosong, maka demokrasi akan kehilangan esensinya, karena para pemilik suara tidak memiliki alternatif yang berarti. Bukankah Kota Pangkalpinang sejak puluhan tahun silam sebelum dirubah menjadi Kota Beribu Senyuman adalah Kota BERARTI?.

Oleh karenanya, bola salju Kotak Kosong di Kota Pangkalpinang tidak lepas dari keresahan para orang-orang yang sangat paham tentang makna demokrasi. Hebatnya, mereka tidak hanya berceloteh, tapi juga bergerak dan membuat pergerakan yang lumayan massif. Bagi saya pribadi, sukses atau tidak Kotak Kosong, saya mengapresiasi apa yang dilakukan oleh mereka yang menjadi motor penggerak ini. Bukan persoalan like and dislike pada calon tunggal, tapi lebih pada soal makna demokrasi.

Pertanyaannya, jika kotak kosong yang menang, siapa yang diuntungkan?. Saya melihat ada beberapa yang diuntungkan. 

Pertama, tentunya Partai Politik itu sendiri, sebab 2025 mereka kembali dilirik dan dilamar oleh kandidat-kandidat yang ingin maju. Yang kedua, para penggerak kotak kosong menjadi barometer bahwa mereka tidak bisa diremehkan dan bisa jadi mereka akan mengusung calon independet dengan mengumpulkan KTP. Yang kedua ini jika terjadi, maka jika kemenangan calon independent itu diraih, demokrasi benar-benar berjalan dengan bagus dan sang pemenang tidak berhutang budi pada partai politik, tapi ia berhutang budi para masyarakat Kota Pangkalpinang secara keseluruhan. Ketiga, seluruh warga Kota Pangkalpinang, sebab mereka akhirnya menjadi pencatat sejarah bahwa warga Kota Pangkalpinang tidak bisa diremehkan apalagi dibuat semena-mena. Telinga, mulut dan otak warga Kota Pangkalpinang masih dalam keadaan sehat wal afiat, sehingga tidak diam membisu ketika ada hal yang nggak asyik di Kota yang mereka tinggali berpuluh-puluh tahun. Kok tiba-tiba rusep mau dibumbui tempoyak. Akhirnya rasanya pun dak keruan jatak.

Salam Rusep dan Keasliannya!(*)

    

     

    

    

    

    

Tag
Share