Kotak (tidak) Kosong
Ahmadi Sopyan-screnshot-
Oleh: AHMADI SOFYAN
Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya
“FENOMENA bola salju Kotak Kosong di Kota Pangkalpinang, salah satu sebabnya agar rusep tidak berasa tempoyak”
-------------
“KOTAK itu tidak kosong! Ia akan terisi oleh suara-suara pengawal demokrasi sehat, terutama di Kota Pangkalpinang. Saya melihat para penggerak agar terisinya kotak kosong di Kota Pangkalpinang bukan kaleng-kaleng, ia merupakan kolaborasi dari sebuah sinergi para aktivis, pensiunan pejabat ASN di Pemkot Pangkalpinang, mantan anggota Dewan, mahasiswa hingga komunitas Mak-Mak yang merupakan kumpulan orang-orang yang mencintai Pangkalpinang agar rusep tidak jadi rasa tempoyak” begitulah kurang lebih statment terakhir saya sebagai penutup saat menjadi salah satu Narasumber Pesta Demokrasi di stasiun TVRI Bangka Belitung kemaren sore dalam tema “Calon Tunggal Versus Kotak Kosong”.
Memang, 3 daerah yang akan melangsungkan pesta demokrasi di Negeri Serumpun Sebalai, fenomena Kotak Kosong di Kota Pangkalpinang lebih seksi dan bisa menjadi pencatat sejarah demokrasi di Ibukota Provinsi tercinta ini. Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Selatan yang juga mengusung calon tunggal versus Kotak Kosong nampaknya adem ayem saja sehingga dapat dipastikan kedua pasangan calon tunggal ini semakin mudah meraih kemenangan. Ibarat masuk rumah, sudah berada didepan pintu dan memegang kunci, tinggal masuk saja. Tapi tidak dengan Kota Pangkalpinang. Jalan masih cukup berliku dan terjal bagi pasangan calon tunggal (Molen – Hakim) untuk mencapai halaman rumah kemenangan, terlebih kunci pintu rumahnya masih menjadi rebutan dan timses sang calon tunggal tidak bisa jumawa bahwa kemenangan itu ada didepan mata ketika mampu memborong seluruh kendaraan bernama partai politik beserta pengisian BBM-nya. Bahasa saya, “Pangkalpinang kali ini keren, tidak semudah itu Ferguso!”.
Seorang sahabat warga Kota Pangkalpinang bertanya kepada saya:
“Apakah Kotak Kosong akan mungkin menang?”.
Kepada sahabat tersebut saya jawab:
“Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, apalagi dalam sebuah demokrasi. Memang kotak kosong sangat jarang menang, tapi pernah terjadi kemenangan itu di Makassar beberapa tahun silam”.
Sang sahabat bertanya lagi:
“Mengapa Kotak Kosong di Kota Pangkalpinang ini menguat?”
saya pun menjawab: “Menguatnya Kotak Kosong dan menguatirnya kemenanganan calon tunggal disebabkan oleh beberapa faktor. Andaikan calon tunggal ini memberikan kesempatan kepada pasangan lain yang tidak mungkin menang untuk dapat maju sebagai peserta Pilkada, dia pasti meraih kemenangan dengan mudah. Bagaimana dulu, Gibran Rakabuming maju dalam calon Walikota di Solo. Ini Pangkalpinang, masyarakatnya terdidik dan kritis, tidak bisa dibuat semena-mena oleh siapapun, apalagi kekuasaan. Saya suka itu sebab menyehatkan demokrasi”.