Soal Pabrik Hilirasi Timah di Batam? Beliadi: Awalnya Babel

Hashim Djojohadikusumo-screnshot-

KORANBABELPOS.ID.- Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Beliadi akhirnya buka suara soal berdirinya pabrik hilirisasi timah di Batam Kepulauan Riau Kepri.  Pabrik milik Konglomerat Hashim Jojohadikusumo adik kandung Presiden RI Prabowo Subianto itu, tentu saja menimbulkan tanda tanya bagi warga Babel selaku daerah penghasil Utama timah.  

”Jadi penjelasan yang saya dapat seperti ini.  Pertama, Bapak Hashim  itu sudah sejak 4 tahun lalu ingin yang membuka pabrik hilirisasi timah di Babel, tapi terkendala karena kita tidak punya kawasan industri, tidak punya pelabuhan yang memadai dan listrik yang cukup,  dan infrastruktur yang memadai serta  pertimbangan-pertimbangan bisnis strategis   yang memadai untuk membuka suatu industri di Babel,” ujar Beliadi.

Bahkan guna menghindari salah kaprah, Beliadi yang diundang Hashim Djojohadikusumo --sama-sama dari Gerindra didampingi Harwendro Adtiyo Dewanto-- menjelaskan secara komprehensif soal tentang pembukaan smelter tersebut. 

Hashim selaku Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra dalam kabar pembukaan smelter timah di Batam banyak disalahartikan orang.  Dan selaku kader partai, Beliadi mengaku dirinya wajib datang ke undangan tersebut mengingat Bapak Hashim selaku Ketua DPP dan juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. 

Penantian Panjang untuk pendirian pabrik di Babel ternyata belum juga membuat kondisi Babel lebih baik terutama berbagai kelengkapan yang dibutuhkan. Di sisi lain, permintaan dunia tidak bisa ditunda-tunda, kalau tidak pasar direbut negara lain, sehingga harus bergerak cepat menyesuaikan dengan permintaan pasar.

“Lalu diputuskan Pak Hashim membuka hilirisasi timah di Batam. Dengan pertimbangan yang pertama, di Batam itu infrastrukturnya semuanya lengkap. Dari pelabuhannya, kawasan industrinya, listrik, dan infrastruktur lain sudah lengkap,'' ujar Beliadi.

Ia juga menyebutkan bahwa di Batam itu merupakan kawasan industri dan di sana sudah banyak pabrik-pabrik yang memakai produk hilirisasi timah. Sehingga suplai dalam negeri mudah dekat karena pabrik ada di Batam dan sekitarnya. Dan untuk suplai keluar negeri secara ekspor juga mudah karena mereka memiliki pelabuhan yang bertaraf internasional.

Selanjutnya, di Batam itu juga dekat dengan Kepulauan Riau yang dimana juga salah satu pulau yang menjadi penghasil timah. Dan pabrik milik beliau ini juga membeli bahan baku balok timah dari salah satu smelter di sana nama smelter nya  PT Cipta Persada Mulia (CPM) di daerah Dabo Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga dan sudah kontrak bahkan sebenarnya belum ada rencana suplay balok timah dari Babel. 

Smelter inilah yang akan menyuplai bahan baku ke smelter hilirisasi yang dibuka di Batam milik Arsari grup ini. Mungkin kedepan juga akan ada suplay dari Babel juga ke pabrik yang di Batam tersebut.

Kemudian dalam membuat hilirisasi ini rencanaya juga akan membeli balok timah dari luar negeri. 

“Jadi misalkan begini, pada waktu kita mengirim produk hilirisasi timah ke luar negeri,  kita di waktu tertentu kita juga bisa impor timah balok dari Filipina, dari Brazil, myanmar, cina dan negara-negara penghasil timah lainnya. Jadi pertimbangannya itu juga, jadi pabrik ini  selain dari bisa jual produk dari hasil hilirisasi, dia juga beli bahan baku dari negara-negara lainnya, yang menjadi penghasil timah,”  karena pabrik atau industri tidak mungkin berani investasi sampai 1 T kalau source (sumber) bahan bakunya hanya dari satu sumber bahaya bagitu tidak dapat suplay dari satu ini berhenti operasional pabrik, ini juga yang menjadi pertimbangan, dan  saat kita mau impor bahan baku timah dari luar negeri kalau tujuanya Babel cukup sulit, karena alasan tadi.

Perlu diketahui, di Indonesia saat ini, dalam undang-undang itu mematok kualitas timah yang boleh di ekspor dalam bentuk balok itu harus triple 9 ( 99,9 kadarnya harus sembilan sembilan koma sembilan kemurnian). Sedangkan negara lain tidak triple 9 ( 99,9 sembilan sembilan koma sembilan kemurnian) misalnya kadarnya hanya 90 ( sembilan puluh kemurnian ) pun negara seperti Filipina, Brazil , China, Myanmar , Kongo, Vietnam , Malaysia, dan lainnya, itu sudah bisa ekspor.

Hal itu karena timah juga nanti akan dilebur kembali dan dipisahkan sesuai dengan klasifikasi dan peruntukkannya. Jadi memang tidak dibutuhkan sebenarnya dari dunia balok timah yang di ekspor itu harus triple 9 ( 9.99  sembilan sembikan koma sembilan kadar kemurnianya) seperti aturan yang ada di Indonesia. Sehingga impor balok timah dari luar negeri  kadang mendapatkan harga lebih murah, kadang kalau membeli balok timah dari negara luar, itu  akan lebih menguntungkan di saat-saat tertentu dan balok timah tersebut akan dilebur kembali untuk dijadikan produk-produk hilir lagi.

“Jadi intinya pembukaan smelter hilirisasi di Batam yang dilakukan oleh grup perusahaan arsari itu karena pertimbangan memang kita di Babel banyak infrastruktur yang tidak siap. Yang kedua, pertimbangan kajian bisnis karena kan ini bukan lembaga sosial, jadi kajian untung ruginya di pertimbangkan. Kalau orang buka pabrik lalu tidak untung kan juga pabriknya bisa tutup,” dan kajian sumber bahan baku bisa dari dalam dan luar negeri,'' ujarnya.

Tag
Share