Nakhoda Harus Selalu Tahu

Ahmadi Sopyan-screnshot-

Oleh: AHMADI SOFYAN

Penulis Buku/Pemerhati Sosial budaya

ADA sebuah prinsip yang selalu dipegang dalam dunia Militer, utamanya dalam organisasi Angkatan Laut (AL), bahwa seorang Perwira yang bertugas sebagai Kapten atau komandan kapal perang, sangat terlarang mengatakan “SAYA TIDAK TAHU” atau “NDAK MIKIR” apalagi “BUKAN URUSAN SAYA”. Prinsip ini sudah menjadi pegangan para pelaut tempur selama berabad-abad di semua negara.

-------------------

   

NENEK moyangku seorang pelaut….” Syair lagu tersebut sudah sangat tidak asing lagi di telinga kita bangsa Indonesia yang mungkin sebagian besar sudah melupakan tentang asal usul nenek moyangnya. Terlepas benar apa tidak nenek moyang kita adalah pelaut, tapi setidaknya telah dibuktikan oleh sejarah bahwa nenek moyang kita sukses menaklukkan dua samudera terbesar di dunia, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Tentunya hidup ditengah lautan dibutuhkan keberanian yang sangat tinggi dan bahkan sangat memacu adrenaline untuk menentukan keputusan-keputusan agar selamat hingga didaratan.

Artinya nenek moyang kita bangsa Indonesia telah mewariskan semangat keberanian yang tidak pernah takut akan mara bahaya. Selain itu, warisan yang ditinggalkan adalah kemandirian. Karena seorang pelaut (nakhoda) tidak bisa tergantung dengan pelaut-pelaut lainnya. Kemandirian seorang pelaut akan terbukti jikalau ia pulang membawa hasil untuk keluarga dan masyarakat dilingkungannya. 

Kemandirian yang diwariskan oleh nenek moyang kita ini ternyata tak membekas sama sekali. Terbukti negeri yang katanya “gemah ripah loh jinawi toto tenterem kerto rahardjo” ini jauh dari kemandirian. Sejak merdeka hingga sekarang, Indonesia masih terbelit dengan hutang dari negara lain, hidup dalam tekanan, kungkungan dan kangkangan negara yang jauh lebih kecil. 

Perahu Retak

JIKA diibaratkan kapal Pinisi, Indonesia adalah kapal yang sudah kian terlihak retak. Karenanya dibutuhkan seorang kapten kapal atau nakhoda handal guna mengarungi samudera sehingga bahtera tak tenggelam dalam lautan luas dan penumpangnya menjadi santapan ikan-ikan buas.

Seorang kapten kapal adalah guru bagi awak dan penumpang kapal. Oleh karenanya ia harus mampu memberikan yang terbaik kepada awaknya melalui kearifan dan menunjukkan kepribadian yang baik dan berwibawa serta melakukan yang terbaik. 

Dalam dunia militer, sebuah prinsip terutama dalam Angkatan Laut (AL) seorang Perwira yang ditugaskan sebagai Kapten atau Komandan kapal perang sangat dilarang keras mengatakan “saya tidak tahu” atau “ndak mikir” apalagi sampai mengatakan “bukan urusan saya”. Mengapa? Karena tantangan seorang pelaut apalagi pelaut yang bertempur di samudera luas, musuh dan tantangannya bukan hanya manusia, tetapi juga alam (cuaca). Oleh karenanya nyawa para awak kapal tergantung kepada kemampuan dan kecerdasan sang kapten/nakhoda.

Sekali saja sang kapten salah mengambil keputusan, maka ia akan menghadapi dua hal, yakni tenggelam bersama atau anak buahnya akan melakukan pemberontakan dengan mengambil keputusan melempar sang Kapten ke dasar lautan akibat geregetan (gerigit ati) dengan ketidakbecusan Sang Kapten. Oleh karenanya seorang kapten kapal adalah Perwira pilihan. Memiliki wibawa yang lebih dibandingkan yang lainnya, bahkan ia berdehem saja kelasi satu barak bisa kocar-kacir. Seorang Kapten kapal harus disegani dan dihormati oleh anak buahnya. Ia tak perlu meninggikan suara, tapi begitu memberikan perintah, seisi kapal harus tunduk meski diluar badai sedang mengamuk.

Seorang kapten juga harus mampu menunjukkan dihadapan bawahannya bahwa dia harus serba tahu sebelum yang lain tahu. Tak penting tahu sebenarnya atau hanya sekedar sok tahu. Karena disitulah letak marwah seorang nakhoda atau kapten dalam memimpin kapal dan seisinya menuju dermaga. Sehingga para penumpang dan awak kapal menjadi yakin bahwa mereka dipimpin oleh seorang kapten/nakhoda yang handal dan brilian, sosok yang mumpuni, tanggung, dan tak gentar sama sekali dalam menghadapi gelombang dan badai, hujan maupun topan menghantui perjalanan. Bukan seorang pengecut yang melempar persoalan kepada orang lain atau hilang wibawa dan ciut nyali baru melihat mega membara di langit.

Tag
Share