Watuk dan Watak
Ahmadi Sopyan-screnshot-
Dalam satu sisi kajian, ada benarnya, bahwa Tuhan selalu memberikan peluang dan kesempatan untuk kita hambanya hidup layak bagi semua orang yang berusaha dan mempergunakan akal pikirannya. Misalnya, Pak Kiyai mengatakan: “Tuhan memberi makan kepada semua manusia di dunia ini hanya 40 centimeter tanah”. Betapa tidak, padi yang menghasilkan beras, ubi, jagung, gandum, kentang, biji-bijian, rumput-rumputan, ternyata semuanya tidak lebih dari kedalamannya 40 cm.
Meluasnya kelesuan ekonomi, terutama di Bangka Belitung, pada saat peranan timah begitu menurun memang membutuhkan penanganan yang sudah berskala besar dengan berbagai program yang tepat. Ini berarti bahwa penanganan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten atau cerdas. Karena orang-orang cerdas digambarkan dengan pria perkasa sehingga jika ia bodoh, yang dikasihi-nya pun menjadi terbengkalai alias dak teberik makan (tidak bisa diberikan makan karena hidup susah).
Nah, ada apa ini? pastinya ada yang tidak benar dalam setiap pribadi kita, baik itu pengambil kebijakan maupun rakyat. semua kita jangan-jangan memang memiliki watak buruk yang susah untuk dirubah. Begitupula pejabat yang tidak konsisten bahkan dengan ucapan dan janjinya sendiri.
Ingat! Sekali berucap tak benar (bohong), walaupun ia sudah menjadi pemimpin, menjadi Presiden, menjadi orang besar, maka semua yang pernah tahu kebohongannya akan terus diingat. Sekali berucap bohong dan kembali terulang kebohongan yang baru, maka inilah yang oleh orang Bangka di sebut “imang lah takok” alias watak yang tidak bisa dirubah.
Salam Watak!(*)