CERPEN MARHAEN WIJAYANTO: Paket Politik

ilustrasi-koranbabelpos.id-

Bagas dan Gita selalu gembira saat Abang Paket datang. Harapannya di sore ini mereka mendapat paket mainan yang mereka nantikan. Bagi anak sekecil itu, istilah pengiriman kurir jadi istilah yang akrab. 

 

Mereka telah terbiasa menerima paket yang dipesan ibunya. Mereka sangat antusias meski yang dikirim barang bukan kepunyaanya. Jilbab, sepatu, atau pesanan buku milik bapak mereka sambut dengan sorak sorai gembira.

 

Hal yang dinantikan pun datang. Paket mainan boneka dan robot milik mereka memaknai bahagia dalam peran sebagai bocah. Disinfektan yang disodorkan ibunya dengan semangat disemprotkan ke tangan. Mereka gembira menerima hadiah akhir tahun. 

  

Setengah jam kemudian paket mobil dan kuda poni menyusul. Alangkah gembira mereka menyambut paket mainan berikutnya. Sorak tawa gembira dua bocah mengalahkan bunyi music house tetangga yang semakin menggema. 

BACA JUGA:CERPEN RUSMIN SOPIAN: Lelaki yang Diludahi Narasi Sesat

Lagu Ace of Base seakan tenggelam oleh gembiranya Bagas dan Gita. Mobil remot seharga dua ratus ribu rupiah membuat gigi Bagas yang hampir copot itu semakin bergoyang-goyang. 

Gita yang sangat menyukai kuda poni tak berhenti bernyanyi menirukan lagu Ace of Base yang berjudul Sign. Sedangkan Bagas menunggu tetangga memutar lagu Didi Kempot, Stasiun Balapan.

Esok harinya masih sama. Mereka menyambut paket belajar majalah bergambar binatang dan cerita anak. Gita yang baru tahu kerbau itu binatang beranak sedari tadi memandangi saya, sedang Bagas yang sedari tadi menghitung jumlah tanduk   yang ada di keledai juga sambil memandangi saya. 

Sore hari menjelang, Bagas dan Gita bersorak, tapi paket yang diantar Abang Paket berbeda. Mereka kebingungan dengan paket asing. Anak-anak saya yang masih kecil melihat dengan nada sorot mata keanehan. Ada simbol-simbol yang mereka sama sekali tak mengerti. Biasanya mereka berdua gembira. Kali ini mereka kebingungan. 

 “Ini patet apa, Pa?”

“Itu paket politik, Nak.”

Tag
Share