482 Jamaah Safari Wukuf di Arafah

Jemaah Haji yang Sakit.-screnshot-

Slamet juga menempatkan petugas untuk mendampingi jamaah yang berada di hotel transit. Mereka terdiri atas unsur PKP3JH (Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji), Pembimbing Ibadah (Bimbad), serra layanan Lansia dan Disabilitas.

“Kita siapkan juga obat-obatan yang diperlukan, termasuk masker dan popok dewasa bagi lansia. Disiapkan juga kain ihram dan mukena untuk diberikan kepada jamaah yang membutuhkan,” terang Slamet.

Jamaah yang ikut safari wukuf nanti pada 9 Zulhijah 1445 H atau 15 Juni 2024 diangkut menggunakan bus khusus ke lokasi wukuf. Namun mereka tidak turun dari bus. Para jamaah mengikuti wukuf dari atas bus.

Mereka juga tidak turun bus saat di Muzdalifah. Bus hanya melintas atau murur. Saat di Mina, jamaah juga tidak ikut ke Jamarat untuk melontar jumrah. Proses lontar jumrah akan dibadalkan atau diwakilkan oleh petugas.

Pemindahan jamaah haji yang sakit ke hotel transit untuk persiapan safari wukuf.--Media Center Haji

Ada lima kriteria jamaah haji lansia dan disabilitas yang bisa mengikuti safari wukuf lansia non-mandiri. Pertama jamaah haji lansia dan disabilitas yang tidak mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, mandi dan mobilisasi.

BACA JUGA:Saat Puncak Haji di Musdalifah, 55 Ribu Jamaah Murur

Kedua, jamaah haji lansia dan disabilitas yang tidak bisa berjalan atau menggunakan kursi roda karena sakit dan memerlukan perawatan lebih lanjut.

Ketiga, jamaah haji lansia dan disabilitas yang memiliki komorbid penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, stroke (sedang-berat). 

Keempat, jamaah haji lansia dan disabilitas yang pulang setelah mendapat perawatan dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan masih dalam kondisi lemah.

Dan kelima, jamaah haji lansia dan disabilitas sesuai dengan kriteria risiko tinggi yang ditentukan petugas kloter.***

 

 

Tag
Share