Pak Kajati, Manalagi Tersangka Tipikor Washing Plant? Dari Intern PT Timah?

Asisten Kejati Babel, Fadil Regan. Inzet: Terdakwa Ichwan Azwardi-screnshot-

CSD ini sendiri  adalah sebuah kapal isap yang berfungsi untuk memindahkan material berupa tanah, pasir, atau lumpur yang berada di bawah permukaan air. CSD memiliki kepala pemotong pada bagian pintu masuk yang dapat digunakan untuk beberapa material keras seperti batu atau kerikil. 

Namun ternyata proyek yang menelan biaya senilai Rp 100 milyar itu hanya membangun washing plant tanpa disertai dengan CSD itu. 

Persoalan juga lebih dari itu, ternyata pengadaan mesin washing plant bukan dengan cara built-up melainkan assembling. Built-up tentunya pengadaan dengan cara lelang serta melibatkan adanya pihak ketiga. Sementara assembling atau perakitan berupa pengadaan sendiri oleh bagian logistik PT Timah.

BACA JUGA:CSD dan Washing Plant PT Timah Tbk, Nekad Tanpa Lelang?

Lebih parah lagi, ternyata mesin tak mampu beroperasi secara normal. Dalam artian singkat, mesin-mesinya kerap alami kerusakan sehingga menggangu operasional kerja eksplorasi. Dugaan kuat pengadaan mesin proyek tak sesuai spesifikasi.

Tak cukup di situ juga, persoalan lain juga ternyata diperparah lagi kalau hasil dari eksplorasi pasir timah sendiri ternyata tak sesuai harapan. Dimana dari hasil visibility pihak PT Timah -saat awal- kandungan pasir timahnya yang diklaim mencapai jutaan ton itu. Sementara hasil yang diperoleh masih jauh panggang dari harapan. Singkat kata PT Timah dalam eksplorasi di Tanjung Gunung telah alami kerugian atas hasil visibility itu. 

Dimana dari bocoran yang wartawan ini terima dari internal penyidik kalau mesin-mesin  itu memiliki masalah. Sehingga tidak bisa beroperasi secara layak itu. 

Namun anehnya  -walau mesin bermasalah- pada tahun 2018 justeru telah terjadi serah terima atas hasil proyek antara kepala logistik dan kepala produksi darat yang saat itu pejabatnya berinisial Su.   

“Jadi kesanya dengan adanya serah terima itu, kalau proyek itu semua bagus dan layak operasi. Tapi nyatanya tak seperti itu,” ungkap sumber.

Kondisi proyek saat ini dikatakan sumber lebih parah lagi. Dimana mesin-mesinya terutama pada washing plant itu kini telah raib entah kemana. “Karena memang pada dasarnya mesinya serta pengadaanya bermasalah semua. Lalu mesin-mesinya diangkut entah kemana itu semua,” sebutnya.

BACA JUGA:Menguak Tipikor Washing Plant & CSD PT Timah Tbk, Aliran Duit Kemana-mana?

Bocoran yang harian ini peroleh keberadaan bagian-bagian (mesin.red) itu sampai dicomot sana-sini. Ada yang dibuang di  Belitung, Belinyu hingga Muntok. Singkat cerita proyek CSD Tanjung Gunung  itu juga kini tidak lagi beroperasi apapun.  

Bahkan wartawan Babel Pos mendapat bisikan dari seorang sumber kalau modus-modus dan permainan busuk di bagian logistik  seperti ini sudah lama dan berulang-ulang terjadi di perusahaan plat merah itu.  

"Sebetulnya pengadaan dengan modus-modus assembling  ini tak boleh terjadi mestinya harus built-up lewat lelang karena harga mesin pertambangan itu di atas Rp 500 juta. Tapi karena ada niat tak baiknya pengadaanya dibuat assembling saja atau beli yang perbagian lalu dirakit sendiri,"  ungkapnya.

"Pembelian bagian-bagian mesin itu -untuk dirakit sendiri- sudah ada pihak langganan khususnya. Jadi bagian logistik itu tinggal pesan saja dan rutin itu," sebut sumber yang meminta agar identitasnya dirahasiakan.

Tag
Share