Selasa, 26 Nov 2024
Network
Beranda
Headline
Pangkalpinang
Politika
Daerah
Bangka
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Bangka Barat
Belitung
Belitung Timur
Komunikasi Bisnis
Advetorial
Kolom
Catatan Politik
Bahasa
History
Taring
Soccer
Lainnya
Gadget
Hiburan
Literasi
Kesehatan
Nasional
Opini
Network
Beranda
Taring
Detail Artikel
Intoleransi Politik
Reporter:
Tim
|
Editor:
Syahril Sahidir
|
Kamis , 25 Apr 2024 - 21:30
Ahmadi Sopyan--
intoleransi politik oleh: ahmadi sofyan penulis buku/pemerhati sosial budaya intoleransi politik diawali dengan dukungan berlebihan pada seseorang dan kebencian berlebihan kepada calon lain. pilkada menjelang, intoleransi politik pasti datang…. ---------- sikap intoleransi, kurang bisa menerima perbedaan dan memaksakan kehendak kepada orang lain bahkan menganggap orang lain selalu salah dan dirinya selalu benar, adalah sikap intoleransi yang semakin nampak ketika menjelang pilpres atau pilkada seperti sekarang ini. itulah yang saya sebut dengan “intoleransi politik” yang selalu saja ada dan mengundang perpecahan anak negeri. perilaku intoleransi politik diawali dengan dukungan berlebihan pada seseorang dan kebencian berlebihan kepada calon lain yang tidak didukung. dukungan berlebihan itu semisal setiap saat diberbagai group whatsapp (wa) menyebarkan tentang keburukan calon yang tidak didukung. komentar mencaci maki, seakan-akan calon yang tidak didukung adalah orang yang harus dilenyapkan di muka bumi, sedangkan calon yang didukung adalah kehebatan abadi. calon yang tidak didukung dianggap iblis sedangkan calon yang didukung dianggap imam mahdi, malaikat, ratu adil atau sinterklas. inilah sikap intoleransi politik yang banyak kita temui dalam pergaulan sehari-hari baik di dunia nyata terlebih lagi dunia maya. bahkan, sama-sama kita saksikan, betapa calon-calon yang tidak didukung begitu mudah dihujat, dicaci maki, dihina, dibully, dianggap bodoh dan sebagainya, padahal kita tahu yang menghujat dan mencaci maki jauh lebih bodoh dari calon tersebut. sering terjadi, kadangkala kita suka atau sreg dengan calon yang didukung, namun karena cara pendukungnya terlalu menjijikkan, akhirnya kita menjadi tidak sreg. begitu seringkali saya dengar komentar kawan-kawan. perilku “intoleransi politik” inilah yang membuat negeri kita selalu “gaduh” yang berujung pada “kisruh politik”. kita selalu saja berbicara “who” (siapa) bukan “what” (apa). kita selalu saja bicara orang, bahkan mengkultus individukan seseorang secara berlebihan sehingga mengecilkan sikap dan perilaku toleransi dalam berbangsa dan bernegara. perilaku seperti ini pada kelanjutannya adalah “intoleransi pada pemerintah” (apa pun yang dilakukan pemerintah adalah salah). selanjutnya karena tumbuh “frustasi sosial dan politik” dalam diri orang seperti itu yang berakibat pada sikap dan perilaku “intoleransi pada negara”. munculnya kelompok intoleransi bahkan terorisme seringkali dimulai dari 3 gaya beruntun ini, yakni diawali “intoleransi politik”, lalu “intoleransi pada pemerintah” dan yang terakhir adalah “intoleransi pada negara”. pendidikan toleransi salah satu untuk mencapai tingkatan menjadi manusia adalah toleransi dalam perbedaan. sebab hewan dan beberapa mahluk tuhan lainnya tidak mencapai pada tingkatan ini. misalnya binatang, dia hanya berkumpul dengan sejenisnya. kambing dengan kambing, singa berkumpul dengan singa, pun demikian dengan makhluk halus. sedangkan manusia, ia bisa bertoleransi dengan siapapun bahkan hidup bersama dalam keragaman. jika manusia mampu mencapai ini, maka ia baru pada mencapai tingkatan manusia sebelum masuk pada tingkatan-tingkatan selanjutnya. oleh karenanya, untuk mengokohkan kebersamaan dalam perbedaan, maka menurut saya yang pertama diperjelas adalah mamahami perbedaan. mendidik generasi muda dengan menjelaskan tentang dunia yang tidak akan pernah sama (pasti berbeda) bagian dari keunikan, anugerah dan kekayaan dan kekuasaan tuhan serta pendidikan dari tuhan agar kita manusia menjadi cerdas. dalam islam misalnya, ayat pertama kali turun berbunyi “iqra’” (bacalah), yang menunjukkan betapa kecerdasan dan kedewasaan kita dalam membaca alam yang penuh perbedaan namun saling menguatkan satu sama lain sangatlah penting untuk sebuah keberlangsung hidup yang rahmatan lil alamiin. pendidikan toleransi sejak dini adalah bukan dengan menunjukkan keseragaman kepada anak-anak kita, justru sebaliknya adalah perbedaan, namun bisa disatukan dalam kebersamaan (harmoni dalam warna warni). sebagaimana alat musik yang berbeda nama dan fungsi serta bunyi, namun bisa menghasilkan nada yang sangat indah. sebagaimana bangunan bisa kokoh dan menarik, karena menyatunya bahan-bahan bangunan yang berbeda. pun demikian kita hidup di dunia, bergaul, berrumah tangga, beragama, berbangsa dan bernegara. jangan melulu mencari persamaan, tapi bagaimana menyatukan perbedaan untuk saling menguatkan sebagaimana bangunan. tidaklah menarik dan mengundang keindahan kalau hanya mencari persamaan lantas menyatukan. tapi yang paling cerdas dan membuahkan keindahan itu adalah merangkul perbedaan untuk merajut kebersamaan guna menyatukan kekuatan mencapai apa yang disebut dengan cita-cita kebaikan (kebermanfaatan). anak-anak negeri sejak dini harus dididik bertoleransi dalam berbagai perbedaan dan memastikan kepada mereka bahwa perbedaan itu akan selalu ada di muka bumi sampai kiamat. orangtua dan guru memiliki peran penting dalam pendidikan cerdas bertoleransi kepada anak-anak. sebab peran pendidikan keduanya akan kuat melekat pada anak-anak kala mereka dewasa. pertanyaannya adalah bagaimana guru dan orangtua hari ini memandang perbedaan dan bagaimana perilaku toleransi mereka dalam kehidupan sehari-hari? disinilah peran pemerintah dan lembaga pendidikan serta lembaga-lembaga negara untuk dapat menyiapkan konsep yang lebih baik dan mengena pada seluruh elemen masyarakat. jangan sampai ada yang merasa dipantau, dicurigai, diintimidasi, diarah-arahkan sesuai pesanan dan sebagainya. disinilah perlu kecerdasan lagi serta pemahaman budaya, sejarah dan local wisdom dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. sebab keragaman budaya tiap daerah di indonesia ini sesungguhnya adalah modal besar dalam mengarahkan masyarakat menuju kedewasaan dalam bertoleransi. sayangnya, itu tidak dipahami oleh banyak pihak dalam bersosialisasi tentang intoleransi. akhirnya berbisik kepada orang tuli dan menari didepan orang buta. arahan, sosialisasi dan pidato hanya sampai kuping (masuk kuping kanan, keluar kuping kiri, kadang malah nggak masuk kuping), tidak melekat ke hati sebab bukan dari hati. tidak menjadi budaya, sebab nilai-nilai budaya (local wisdom) tidak pernah dimasukin. padahal seringkali saya utarakan dalam berbagai kesempatan, bahwa lem perekat indonesia adalah budaya. ruh dari bhennika tunggal ika itu adalah keragaman budaya anak bangsa (indonesia). so, siapapun capres/cawapres-nya yang sudah ditetapkan dan akan memimpin indonesia periode berikutnya, haruslah paham keragaman budaya untuk menyatukan yang berbeda dan memiliki konsep bagaimana mengembalikan “keceriaan dan kebahagiaan” anak bangsa dalam keragaman yang indah ini. oya, jangan gila-gilaan mendukung seseorang hanya persoalan jabatan duniawi, seperti capres/cawapres apalagi calon kepala daerah seperti calon gubernur, bupati & walikota, sebab kalau gila beneran dan benar-benar gila, pengobatannya tidak ditanggung bpjs. nah, lho?! salam budaya!(*)
1
2
»
Tag
# ahmadi
# sopyan
# ringan
# catatan
# taring
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Babel Pos 26 April 2024
Berita Terkini
Wapres Filipina Terus Menebar Ancaman Bunuh, Termasuk Istri Presiden & Ketua Parlemen
Headline
8 jam
Liverpool Kokoh di Puncak, Manchester United Stagnan di Posisi 12
Soccer
8 jam
Leicester City Pecat Steve Cooper dari Kursi Pelatih
Soccer
8 jam
LOKOMOBIL
History
8 jam
Lagi, Soal Penentu Kerugian Negara Kasus Tipikor Timah, BPK Bukan BPKP!
Headline
8 jam
Berita Terpopuler
Kejati Babel Pantau Langsung Dugaan-Dugaan Kecurangan Hasil Pilkada Lewat Spradik
Headline
11 jam
Kapolda Minta Tindaklanjuti Kasus Dugaan Pencurian Sawit PT BPL Bangka Barat
Headline
13 jam
Pria Misterius Ditemukan Tewas terapung di Sungai Baturusa
Headline
17 jam
Trio Bandit Diringkus Ditreskrimsus Polda Babel, Mainkan 4.000 Liter Solar
Headline
19 jam
Lagi, Soal Penentu Kerugian Negara Kasus Tipikor Timah, BPK Bukan BPKP!
Headline
8 jam
Berita Pilihan
Pernyataan Sandra Dewi Mengecewakan, Rp 420 M, Kemana?
Headline
1 bulan
Bos Smelter Ungkap, MoU Dengan PT Timah dan CSR untuk Bantu Pemerintah dan Rakyat
Headline
1 bulan
Sidang Tipikor Tata Niaga Timah Aon Cs, Saksi Tak Sebut Terdakwa?
Headline
2 bulan
Tipikor Timah, dari Super Heboh, Kini Mulai Senyap?
Headline
5 bulan
Dugaan Tipikor KUR BSB Naik Penyidikan, Siapa Calon Tersangka?
Headline
5 bulan