Dihyah Al-Kalbi, Sahabat Nabi yang Tampan, Wajahnya Ditiru Malaikat Jibril

Ilustrasi-Dok-

Menurut keterangan dari Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman Al-Dzahabi dalam Syiar A’lam Al-Nubala menyebutkan bahwa Dihyah adalah menantu Abu Lahab. 

Dihyah al-Kalbi menikahi putri Abu Lahab bernama Durrah dan menurut Ibnu Sa’ad dalam al-Thabaqat al-Kubra, Dihyah masuk islam sebelum terjadinya Perang Badar.

BACA JUGA:Mengapa Nabi Adam As Keluar dari Surga? Bukan Karena Makan Buah Khuldi?

Sebelum Dihyah masuk ke dalam agama islam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mengharap keislaman Dihyah. 

Hal ini dikarenakan Dihyah memiliki 700 keluarga yang berada dibawah kekuasaannya sehingga senantiasa dido’akan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Allah SWT pun mengabulkan do’a Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Allah SWT menurunkan wahyu kepada baginda Nabi SAW sebelum Dihyah muallaf.

Allah SWT mengatakan lewat wahyu-Nya bahwa Allah SWT telah memasukkan cahaya islam ke dalam hati Dihyah Al-Kalbi dan ia akan datang ke rumah Rasulullah SAW. 

Saat Dihyah tiba di depan rumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba ia menangis karena teringat pembunuhan yang dilakukan terhadap 70 anak perempuannya sendiri. 

Ketika itu, Dihyah malu anak-anak perempuannya punya suami dan suami-suami tersebut menjadi menantunya. 

Mendengar pengakuan dari Dihyah, Rasulullah SAW kebingungan untuk menjawabnya hingga turunlah wahyu. 

“Wahai Muhammad, perintahkan kepada Dihyah. “Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, sesungguhnya jika engkau membaca laa ilaaha illa Allah Muhammadur Rasulullah, maka Aku akan mengampuni dosa kekafiranmu dan dosa makianmu kepada-Ku selama 40 tahun”.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menangis diikuti oleh para sahabat yang melihat kejadian tersebut. 

Dihyah juga menjadi penyebab turunnya QS. Al-Jumu’ah ayat 11 yang artinya :

“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah : “Apa yang disisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki”.

Hal ini dikarenakan pada saat itu, Madinah mengalami krisis pangan dan moneter dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah. 

Tag
Share