Residen dan Kolonial Belanda Takut, Awer Demam Bangka Mematikan

Penambangan Masa lalu di Bangka Penyebab Penyakit Demam Bangka. -screnshoot -

APA itu Awer Demam Bangka?

----------------

TERNYATA penyakit ini memang sudah ada sejak zaman kolonial.  

Menurut Dato' Akhmad Elvian, DPMP, Sejarawan dan Budayawan Babel, tahun 1824, dalam laporan Belanda dinyatakan bahwa Pulau Bangka dinyatakan tidak sehat. Berdasarkan data banyak Pejabat dan pasukan Belanda di Bangka yang tewas akibat mewabahnya penyakit atau orang Bangka menyebutnya Awer Demam Bangka. 

Penyakit yang mewabah dengan gejala demam tinggi dan rasa sakit yang luar biasa sampai membuat tulang gemetar yang menurut cerita orang tua tua di Bangka sering disebut demam kurak mengkejer tulang. Anehnya lagi penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi bulan serta pasang surut air laut. Bila air laut pasang maka panas tubuh orang yang kena demam Bangka akan tinggi dan bila air laut surut, kondisi panas tubuhpun menurun.

Demam Bangka mewabah dan berlangsung sekitar satu setengah tahun. Berdasarkan tulisan Kemp (1917) halaman 192 sebagaimana dikutip Heidhues (2008; 37) dalam surat Raffles tanggal 11 Februari 1814, dinyatakan bahwa wabah penyakit telah menjadi masalah utama terutama pada prajurit Sepoy India yang bertugas di Bangka.

Beberapa literatur menyatakan bahwa Demam Bangka adalah penyakit Kolera.

Namun sulit memastikan apakah sama antara penyakit Demam Bangka dan Kolera berdasarkan gejala pada Demam Bangka dengan gejala pada penyaki Kolera. Dua penyakit ini sama sama mewabah dan menjadi pembunuh di pulau Bangka di samping penyakit Beri beri yang mewabah sekitar Tahun 1860 yang juga menyebabkan kematian ribuan orang di Bangka dan Belitung.

BACA JUGA:RIMBAK, REBAK, PEMITAK, KUBAK, BEBAK DAN KELEKAK (Bagian Lima)

Dalam catatan sejarah, residen yang memerintah di pulau Bangka yaitu De la Fontaine adalah residen Bangka yang meninggal pada Tahun 1824 akibat epidemi “Demam Bangka” yang melanda Bangka terutama Kota Mentok. Begitu juga terhadap Tiga orang penggantinya (atau pelaksana tugas residen) juga meninggal akibat Demam Bangka. 

''Hanya pada bulan Agustus 1826, residen yang baru dan sehat mengambil alih kekuasaan dan Demam Bangka dihalau pergi (Heidhues, 2008:37). Residen baru yang sehat sebagai pengganti tersebut adalah residen De Blij. Beberapa residen Bangka berikutnya yaitu J. van der Eb (Tahun 1842-Mei1848), Francois van Olden (1848-17 September 1850), dan H.J. Saverijn Haesebroek (17 September 1850-4 Maret 1851),'' ujar Akmad Elvian.***

 

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan