Begini Hitungan Rp5 Juta/KTP/Bulan, Untuk Seumur Hidup?
Safari Ans-screnshot-
TOTAL serapan Dana Abadi Rakyat Indonesia sebesar Rp 410.000.000.000.000.000,- (Empat Ratus Sepuluh Ribu Triliun Rupiah) setara USD 25 triliun (Dua Puluh Lima Triliun Dollar Amerika Serikat).
Oleh: Safari Ans
Wartawan senior investigator Aset Global Nusantara
DANA sebesar itu akan didepositokan pada bank nasional dengan bunga minimal 3% (tiga persen) setahun. Dananya sudah tersedia di bank dalam negeri dalam rekening khusus yang bersifat sangat rahasia. Jangankan Bank Indonesia, Bank Dunia saja tak berkutik mencairkannya kecuali owner sebagai titipan milik bangsa Indonesia.
Penduduk Indonesia yang sudah ber-KTP berdasarkan data Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024 berjumlah kurang lebih 205.000.000 (dua ratus lima juta) orang.
Lalu, setiap KTP akan dititipi deposito Rp 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah). Dengan bunga/pendapatan minimal 3% (tiga persen) setahun. Atau hasilnya senilai Rp 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) setahun. Jika Rp 60.000.000,- dibagi 12 bulan, maka hasilnya Rp 5.000.000,- sebulan. Hasil inilah yang dibagikan ke penduduk Indonesia dewasa (ber-KTP) setiap bulan sebagai penerima manfaat.
Deposito/investasi dengan target bunga minimal banget sebesar 3% setahun dianggap masuk akal sesuai dengan perkembangan bunga deposito perbankan nasional. Oleh bank, deposito akan diperpanjang secara otomatis, selamanya.
Namun, deposito ini tidak bisa dicairkan, tidak bisa dijaminkan, dan tidak bisa diwariskan. Karena penerima manfaat deposito tidak akan memegang sertifikat depositonya, kecuali hanya akan menerima manfaatnya saja yang dicairkan setiap bulan sebesar Rp 5.000.000,- tersebut.
Berdasarkan data diatas, dimana penduduk dewasa Indonesia (ber-KTP) mencapai 205.000.000 orang, maka jumlah dana yang akan didepositokan berjumlah 205.000.000 x Rp 2.000.000.000,-, dana yang dibutuhkan Rp 410.000.000.000.000.000,- (empat ratus sepuluh ribu triliun rupiah). Sementara dana yang telah disiapkan sebesar Rp 900.000.000.000.000.000,- (sembilan ratus ribu triliun rupiah) atau setara sekitar USD 55 triliun (lima puluh lima triliun dollar Amerika Serikat). Bagi Indonesia yang kaya, dana sebesar itu bukanlah sesuatu yang besar.
Dana bangsa Indonesia yang telah diinvestasikan di United Bank of Switzerland (UBS) saja, terupdate tahun 2021, mencapai USD 6.100 triliun. UBS adalah bank collateral house milik bangsa Indonesia. Setidaknya itu hasil investigasi jurnalistik saya selama 35 tahun. Sangat valid datanya.
Dana bangsa Indonesia yang didepositokan di Well Fargo Bank Amerika Serikat mencapai USD 986 triliun. Lalu, dana bangsa Indonesia disimpan di bank sentral Jepang (Bank of Japan) tanggal 02 November 1964, tercatat USD 138,2 triliun (seratus tiga puluh delapan triliun dua ratus miliar dollar Amerika Serikat).
Deposito itu, tidak akan dicairkan untuk implementasikan Dana Abadi Rakyat Indonesia yang Rp5 juta/KTP/bulan seumur hidup ini. Karena dana Rp 900 ribu triliun sudah lama di parkir pada bank dalam negeri. Hanya saja bersifat sangat rahasia. Ahli IT bank manapun tidak akan mampu mencairkannya. Jangankan Bank Indonesia, Bank Dunia saja tidak berkutik dengan sistem IT perbankan Aset Global Nusantara. Apalagi dengan sistem baru yang telah diterapkan sejak Oktkber 2024. Mulai saat itu hingga kini, seluruh keuangan dunia yang berkait dengan Aset Global Nusantara, terkunci total untuk sementara waktu.
Mengapa? Karena siapa saja yang mengutak-atik dana itu, King of King's (Allah) sebagai yang menitipkan aset akan mencabut nyawanya sebelum ajal. Itu sumpah nenek noyang bangsa Indonesia. Karena dana itu bukan milik pribadi, bukan milik keluarga, dan bukan milik kelompok. Bukan juga milik Pemerintah. Dan, bukan pula milik Negara. Tetapi milik Bangsa Indonesia. Karena bangsa Indonesia memang kaya raya sejak dulu. Dan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Kata Bung Karno. Salam Safari Ans. Jakarta, 14 Oktober 2025.***