Jurnalis Gaza Tukar Kamera dengan Tepung: ''Demi Selamatkan Keluarga Saya''
Derita Para Jurnalis di Gaza.-screnshot-
MENGHARUKAN kisah jurnalis Gaza ini.
------------------
“JIKA harganya adalah menyelamatkan anak-anak saya dari kematian, saya rela,” ucap lirih Basheer Abu Alshaer, jurnalis lepas asal Palestina.
Sambil menatap kamera yang telah menemaninya bertahun-tahun meliput perang, ia menawarkan benda paling berharga itu untuk ditukar dengan sekarung tepung.
Bagi Basheer, kamera adalah “mata ketiga” yang merekam kebenaran di tanah kelahirannya.
Namun kini, yang terpenting bukan lagi berita, melainkan roti untuk tujuh anaknya yang sudah berhari-hari tak menyentuh makanan.
“Pasar kosong, dan sepotong roti hanyalah mimpi. Saya melihat anak-anak saya kelaparan, tak ada lagi makanan di rumah. Kamera ini satu-satunya yang tersisa,” katanya, menahan getar suara.
Kelaparan yang Mematikan
Kelaparan telah melanda Gaza selama lebih dari 145 hari akibat blokade total.
Semua perbatasan ditutup, bantuan terhenti, dan stok pangan menghilang. Kantor Media Pemerintah Gaza mencatat, wilayah itu memerlukan setidaknya setengah juta karung tepung per minggu untuk menghindari bencana besar.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 188 orang telah meninggal akibat kelaparan — mayoritas anak-anak dan lansia.
“Titik distribusi bantuan kini ibarat perangkap maut. Siapa pun yang keluar mencari tepung bisa saja tak kembali,” kata Ahmad Abdel Aziz, jurnalis lain yang juga terhimpit krisis.
Ahmad sendiri pernah menjual mikrofonnya demi membeli makanan, tapi hanya cukup untuk dua hari. Kini, ia mempertimbangkan menjual kamera.
“Kami tak hanya meliput perang. Kami hidup di dalamnya, lalu menjual peralatan kami hanya untuk bertahan,” ujarnya.