Nelayan Permis - Rajik Terganggu KIP
--
TOBOALI - Masyarakat Permis - Rajik mengeluhkan keberadaan dua kapal isap produksi yang parkir di perairan Pantai Permis dan Desa Rajik Kabupaten Bangka Selatan (Basel). Kedua KIP, Pirat 1 dan Isamar ini diduga dioperasionalkan oleh PT Synergy Maju Bersama (SMB).
Nelayan merasa terganggu saat hendak melaut. Selain itu, masyarakat juga belum mendapatkan manfaat dari aktifitas penambangan yang dilakukan kedua kapal isap produksi tersebut.
Salah satu nelayan, Sal sambil menunjukkan tangkapan layar smartphone beberapa ekor kepiting serta ikan seukuran tiga jari mengatakan, masalah ini sudah dialami nelayan sejak tahun 2023 kemarin.
"Kami nelayan jaring merasa terganggu dengan keberadaan KIP karena lokasi kapal itu beroperasi adalah tempat kami biasa menjaring ikan," ungkapnya, Senin (21/07).
"Aktifitas kapal yang kadang beroperasi dan lebih sering hanya seperti memanaskan mesin kapal karena hanya berputar-putar di sekitar tempat mereka diam itu menyebabkan air laut kotor dan ini pasti menganggu hidup ikan. Makanya saya hanya mendapat sedikit ikan, setiap kali melaut," imbuhnya.
Menurut Sal, karena tangkapan menurun banyak nelayan yang beralih jadi sebagai penjaga ponton yang menambang dekat KIP PT SMB atau beralih menjadi penambang TI rajuk.
"Teman teman itu sekarang sedang menunggu kapal untuk membawa mereka ke ponton ponton itu untuk jaga malam. Ada juga yang beralih membuka TI rajuk," katanya.
Warga menegaskan keberadaan KIP tidak membawa manfaat bagi sama sekali masyarakat. “Sosialisasi tidak ada dan kompensasi tidak jelas. Berapa dana yang masuk ke desa, tidak kita ketahui dan hanya aparat aparat desa itulah yang mengetahui. Memang terdengar ada tapi jumlahnya tidak diketahui secara pasti dan angka yang disebutkan itu tidak sebanding dengan hasil tambang timah dari kapal itu yang katanya ratusan ton,” kata Sal lagi.
Beberapa nelayan termasuk Giman pemilik warung tempat nelayan berkumpul mengaku sejak dua tahun lalu tidak pernah melihat lagi aktifitas pengangkutan timah itu. “Dua tahun lalu masih ada aktifitas bongkar muat, baik itu hasil tambang ataupun pengangkutan BBM . Tapi sekarang tidak terlihat lagi,” kata Giman.
Diduga Bukan Hasil Produksi KIP
Informasi lain yang diperoleh menyebutkan bahwa KIP Pirat 1 dan Isamar tidak selalu melakukan aktifitas penambangan tapi lebih banyak berperan sebagai penampung hasil tambang timah dari kolektor.
"KIP itu diduga hanya sebagai kedok karena cuma sesekali beroperasi tapi jumlah pasir timah produksinya lebih 1000 ton pertahun. Darimana timah sebanyak itu, tidak diketahui secara pasti," kata sumber Babel Pos.
Menurutnya, KIP yang beroperasi di area IUP Pemerintah Daerah Bangka Selatan diduga menampung timah dari kolektor, lalu diakui sebagai produksi mereka. “KIP itu hanya tipu-tipu termasuk juga tentang kompensasi terhadap masyarakat dan desa,” katanya.