Tiga Pemimpin Muslim Pembebas Tanah Al Aqsha
Sultan Hamid II-sreenshot-
Beliau membangun lembaga-lembaga pendidikan seperti Masjid, Kuttaab, Madrasah dan sebagainya.
Dari lembaga-lembaga pendidikan tersebut, lahirlah para mujahid yang berjuang bersamanya dalam mengusir tentara salibis.
Para mujahid inilah yang akhirnya membebaskan Baitul Maqdis setelah lepas dari genggaman umat islam.
Sebuah kata-kata pernah dilontarkan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi, “Bagaimana bisa aku tersenyum sementara Al-Aqsha dijajah? Demi Allah, aku malu untuk tersenyum sementara disana saudara-saudaraku disiksa dan dibantai.”
3. Khalifah Abdul Hamid II
Pada tahun 1897-1902, Theodor Herzl, seorang penulis buku Der Judenstaat atau The Jewish State berulang kali membujuk Sultan Abdul Hamid II.
Theodor Herzl mengajukan permohonan agar Sultan Abdul Hamid II memberikan tanah Palestina untuk Yahudi, namun upaya itu selalu gagal.
Akan tetapi, Sultan Abdul Hamid II selalu menolak dengan tegas untuk memberikan tanah Palestina dengan iming-iming apapun.
Sultan pun bahkan menolak mentah-mentah rayuan pencetus negara Zionis, Theodor Herzl yang akan membantu Turki Utsmani melunasi semua hutang dan memperbaiki sektor ekonomi Utsmani.
Khalifah Abdul Hamid II pada tahun 1902 mengatakan,
“Aku tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat islam. Umat islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silahkan menyimpan harta mereka. Jika daulah Khalifah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup. Aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Daulah Islamiyah.”
Ketiga pahlawan islam ini telah berkomitmen dalam menjaga keagungan tanah Al-Aqsha yang disakralkan oleh Allah SWT dan mutlak menjadi hak umat islam.(*)