Selasa, 04 Mar 2025
Network
Beranda
Headline
Pangkalpinang
Politika
Daerah
Bangka
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Bangka Barat
Belitung
Belitung Timur
Komunikasi Bisnis
Advetorial
Kolom
Catatan Politik
Bahasa
History
Taring
Soccer
Lainnya
Gadget
Hiburan
Literasi
Kesehatan
Nasional
Opini
Network
Beranda
Taring
Detail Artikel
Jangan-Jangan Kita ini……
Reporter:
Admin
|
Editor:
Jal
|
Kamis , 27 Feb 2025 - 21:07
Ahmadi Sopyan-Dok Pribadi-
jangan-jangan kita ini…… oleh: ahmadi sofyan penulis buku / pemerhati sosial kita seringkali tidak menyadari pertumbuhan usia, tak menyadari bahwa anak-anak yang kita lahirkan itu bukanlah anak-anak kita, tapi mereka tak lebih sekedar anak-anak dunia yang tidak memberikan apa-apa kecuali kebanggaan semu yang tak bermakna. alkisah, seorang kakek duduk termenung dan bermuram durja, nampak kerutan dan raut wajah semakin tua. tiba-tiba datang seorang pemuda dan bertanya kepada sang kakek. “kek, berapa umur kakek saat ini?” mendengar pertanyaan anak muda ini, sang kakek pun menjawab: “10 tahun”. jawaban sang kakek ini membuat anak muda kaget dan menganggap sang kakek yang ada didepannya ini sedang stress berat. karena wajah dan perawakan tak mungkin bisa dibohongi lagi, bahwa sebenarnya sang kakek sudah berusia lebih dari 80 tahun. “kek, saya tahu umur kakek ini lebih dari 80 tahun, tapi mengapa kakek bisa bilang 10 tahun?” ujar anak muda. mendengar protes ini, cukup lama kakek terdiam dalam pandangan kosong. setelah menarik nafas panjang ia pun menjawab: “benar! usia kakek sudah lebih dari 80 tahun, tapi kakek merasa baru berumur 10 tahun”. “kenapa bisa begitu?” anak muda ini semakin penasaran. “nak, selama umur lebih dari 80 tahun ini, nampaknya baru 10 tahun terakhir ini kakek merasakan begitu berartinya umur kakek, merasakan nikmatnya ibadah, baik itu ibadah sosial, hablum minannaas maupun ibadah kepada allah swt, hablum minallaah” jawaban dari sang kakek dengan suara terserak. anak muda pun terdiam dan mulai mengerti apa yang dimaksud oleh sang kakek yang menyebutkan usianya baru 10 tahun. karena penasaran lagi, anak muda ini pun melanjutkan pertanyaannya. “lalu anak kakek berapa orang jumlahnya?” sebelum menjawab pertanyaan anak muda ini, sang kakek menghela nafas panjang dan cukup lama ia terdiam. “kakek tidak punya anak sama sekali!” tiba-tiba sang kakek membuka suara walaupun nyaris tak terdengar. “tidak punya anak sama sekali?” sang pemuda balik bertanya karena tak percaya. “bukankah yang saya tahu kakek punya 3 orang anak?” mendengar protes anak muda ini, sang kakek masih terdiam dan sedikit mengangguk namun diam seribu bahasa. “kek, setahu saya anak kakek 3 orang. bahkan anak-anak kakek itu kini menjadi orang sukses, bergelimangan harta dan popularitas. tapi…. saya bingung mengapa kakek bisa-bisanya mengatakan bahwa kakek tidak punya anak?” sang pemuda masih protes. nafas panjang terdengar dari sang kakek. bahkan nampak di kelopak matanya bulir-bulir air mata menetes pelan. “nak, kamu benar bahwa kakek memiliki 3 orang anak. tapi…………., rasa-rasanya hingga hari ini kakek tidak memiliki mereka, nak…” jawab sang kakek setelah mengatur nafasnya. “mengapa bisa seperti itu?” anak muda semakin penasaran. “nak, suatu saat kalau sudah menjadi orangtua kamu akan mengerti. anak adalah harapan bagi setiap orangtua. harapan itu tidak hanya di dunia, tapi lebih dari itu adalah harapan kebahagiaan di kehidupan masa depan yang abadi, akhirat. kakek memiliki 3 orang anak, memang benar! tapi ketiga orang anak kakek tidak ada yang bisa menjanjikan harapan sama sekali setelah nyawa lepas dari kandung badan ini” jawab sang kakek dengan terbata-bata dan air mata pun kembali menetes dari kelopak tua. “maksud kakek?” anak muda mengungkapkan rasa penasarannya. “baiklah, kakek jelaskan” ujar sang kakek menjawab pertanyaan anak muda “anak pertama, sibuk mengurus bisnisnya. hidup bergelimang harta dan didera kesibukan yang sangat luar biasa. karena kesibukannya ia lupakan saya sebagai orangtua dan bahkan keluarganya pun jarang diajak bercengkerama. yang lebih parah lagi, dalam kehidupannya ia lupakan siapa sang pencipta dan pemberi kekayaan dalam hidupnya itu. benar-benar anak dunia…..” jawab sang kakek sambil membayangkan kehidupan anak pertamanya yang sekarang entah dimana. “anak kedua, tak kalah sibuk kesana kemari dan jarang di rumah. jarang berkumpul dengan keluarga apalagi mendatangi saya sebagai orangtua. agama dan tuhan hanya dijadikan pemanis bibir saja, tapi tidak ada sama sekali dalam kehidupan sehari-hari. agama hanya sebagai topeng belaka bukan sebagai kebutuhan hidup sebagaimana seharusnya” jawab sang kakek lagi. “kamu tahu kan anak kedua saya itu siapa?” kakek menoleh dan bertanya kepada anak muda. “iya, siapa pun tahu anak kedua kakek, orang populer dan memiliki jabatan tinggi, posternya ada dimana-mana” jawab anak muda antusias. “ya…, dalam hidupnya adalah kekuasaan dan kekuasaan. aktif di partai politik dan berbagai organisasi massa demi meraih kekuasaan yang diidamkan. ia tak tahu apa makna hidup sesungguhnya sehingga ia halalkan segala cara demi meraih apa yang ingin dicapai. jabatannya tinggi, tapi perilakunya jauh lebih rendah dari rakyat yang ia pimpin. posternya ada dimana-mana, tapi pada kenyataan perilaku dan perbuatannya tak semanis kata dalam poster yang ia tampilkan. kakek sedih bercampur malu, nak….” ujar sang kakek lagi. air mata pun kembali menetes kala membayangkan wajah dan poster anak keduanya ini. anak muda pun terdiam. cukup lama tak ada kata di antara keduanya, kecuali suara tongkat yang dimainkan sang kakek sambil mata memandang kosong ke depan. “kek, kalau anak ketiga?” anak muda tiba-tiba memberanikan untuk bertanya. “nak, anak ketiga saya seorang perempuan. sama seperti kakaknya, ia penuh ambisi walaupun ia seorang perempuan. popularitas, kedudukan dan harta juga ingin ia kejar dengan berbagai macam cara. masa mudanya ia habiskan dengan berfoya-foya. pergaulan bebas menjadi model kehidupan yang ia sebut modern. ia menggunakan busana mahal, tapi sesungguhnya telanjang. busana yang seharusnya untuk menutup aurat, justru berbalik menjadi penonjol aurat. lepas dari satu laki-laki pindah ke laki-laki lain. di saat usianya masih muda, ia hamil di luar nikah. kini ia bersama suaminya nun jauh disana. kehidupannya tak berubah, bahkan makin parah. karena kehidupan mereka sudah diselimuti oleh ambisi kekuasaan, popularitas dan mengumpulkan harta sebanyak-banyak yang mereka anggap dunia ini bisa abadi” tampak dari raut wajah sang kakek gregetan ketika menjelas tentang anak ketiganya ini. anak muda merangkul pundak tua sang kakek yang sudah ringkih. sambil mengusap kedua matanya, sang kakek kembali berkata” “tidak salahkan kalau kakek berkata bahwa kakek tidak punya anak?”. anak muda diam dan mengangguk kecil namun tak berani menjawab. “nak…, ini semua salah kakek sebagai orangtua yang tidak amanah dalam menjaga titipan allah swt berupa anak. kesalahan kakek yang dulu juga begitu sibuk mengurus dunia yang tak pernah ada selesainya. sebentar lagi kakek pasti meninggalkan semua ini, meninggalkan dunia yang penuh dengan tipu daya. dari 80 tahun usia kakek, baru 10 tahun terakhir ini kakek baru beribadah kepada sang pencipta. sungguh memalukan diri ini, nak….” air mata begitu deras mengalir seakan tumpah begitu saja dari kedua kelopak mata sang kakek. * * * nah.., dari cerita di atas, ada “tuduhan” nakal dari saya. jangan-jangan, kita-kita ini adalah sang kakek tua itu atau jangan-jangan, sang kakek tua itu adalah kita-kita ini. kalau tidak, jangan-jangan, anak-anak sang kakek itu adalah kita-kita ini atau……… jangan-jangan, kita-kita ini adalah anak-anak dari sang kakek itu? ah… jangan sampai deh! salam kakek! (*)
1
2
3
4
»
Last
Tag
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Babel Pos 28 Februari 2025
Berita Terkini
Anak Harimau yang Tak Akan Pernah Jadi Kambing
Literasi
17 jam
DPRD Babel Ajak Baznas dan MUI Cari Solusi Ekonomi Umat
Advetorial
17 jam
Film "Samar" Tayang 13 Maret 2025
Hiburan
17 jam
Komitmen Tingkatkan Mutu Guru: SD STKIP Muhammadiyah Babel Gelar Pelatihan Berbasis Teknologi
Pangkalpinang
17 jam
Plt. Irjen Kemenag RI Dorong Pelayanan di Kemenag Babel Makin Efektif dan Efisien
Pangkalpinang
17 jam
Berita Terpopuler
Anak Harimau yang Tak Akan Pernah Jadi Kambing
Literasi
17 jam
GEDUNG NASIONAL TOBOALI (Bagian Satu)
History
18 jam
Kapolres Ngada Ditangkap Mabes Polri
Headline
18 jam
Biaya MBG Butuh 25 Triliun per Bulan
Headline
18 jam
Menyegerakan Kebaikan
Headline
18 jam
Berita Pilihan
Prabowo: Koruptor Bertobatlah!
Headline
2 bulan
Harvey Moeis: Anak-Anakku, Papa Bukan Koruptor, Mana CSR Rp 320 M?
Headline
2 bulan
Prabowo Maafkan Koruptor Asal Kembalikan Uang Negara, Yusril: Rencana Amnesti dan Abolisi
Headline
2 bulan
Ratusan Artefak dari Belanda Kembali ke Indonesia
Headline
2 bulan
PKB Sedang Mengkaji Gubernur Ditunjuk Langsung
Politika
3 bulan