Pengendalian Inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah Melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan

Ilustrasi-screenshot-

Oleh James Okto Irwan dan Rully Oka Nanda 

Seksi Kehumasan KPwBI Babel

 

Pada awal Februari 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) secara resmi telah merilis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Januari 2025 mengalami deflasi sebesar 0,23% (yoy). 

 

Kondisi ini utamanya disebabkan oleh penurunan pada tarif dasar listrik sebagai dampak kebijakan Pemerintah untuk memberikan diskon sebesar 50% kepada pelanggan rumah tangga dengan daya sampai 2.200 VA yang berlaku selama bulan Januari dan Februari 2025.

 

Meskipun secara umum mengalami deflasi, namun jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluarannya diketahui bahwa Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau mengalami inflasi sebesar 3,35% (yoy) dengan andil inflasi mencapai 1,23%. Kondisi ini menahan tekanan deflasi yang semakin dalam. Jika dilihat lebih lanjut, komoditas minyak goreng, beras, daging ayam ras, berbagai jenis ikan dan telur ayam ras memberikan andil terhadap inflasi. 

 

Namun, sebelum membahas lebih lanjut, hal pertama yang harus dilakukan yaitu memahami apa itu inflasi. Secara teori, inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikannya meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Sementara itu, kebalikan dari inflasi disebut deflasi. 

 

Berdasarkan disagregasinya, inflasi dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu inflasi inti yang cenderung stabil, inflasi komponen harga yang diatur oleh Pemerintah yang dominan dipengaruhi oleh shocks berupa kebijakan harga Pemerintah misalnya harga BBM bersubsidi dan inflasi komponen bergejolak (volatile food) yang dominan dipengaruhi oleh shocks dalam kelompok bahan makanan a.l panen, gangguan alam atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun internasional dan gangguan terhadap distribusi. Bahan pangan termasuk ke dalam inflasi komponen bergejolak (volatile food).

 

Secara sederhana, pada saat periode tertentu khususnya menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), masyarakat cenderung akan membeli bahan pangan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan kebutuhannya. Sementara, peningkatan permintaan tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan pasokan yang cukup yang dapat dipenuhi melalui peningkatan produksi. Kondisi ini dapat mengakibatkan ketersediaan stok menjadi terbatas di pasar sehingga berdampak terhadap kenaikan harga.

Tag
Share