Sabtu, 23 Nov 2024
Network
Beranda
Headline
Pangkalpinang
Politika
Daerah
Bangka
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Bangka Barat
Belitung
Belitung Timur
Komunikasi Bisnis
Advetorial
Kolom
Catatan Politik
Bahasa
History
Taring
Soccer
Lainnya
Gadget
Hiburan
Literasi
Kesehatan
Nasional
Opini
Network
Beranda
Taring
Detail Artikel
Prang Prik Kebun
Reporter:
Ahmadi Sopyan
|
Editor:
Syahril Sahidir
|
Kamis , 08 Feb 2024 - 19:52
Ahmadi Sopyan-dok-
prang prik kebun oleh : ahmadi sofyan penulis buku/pemerhati sosial budaya di pulau bangka ini, betapa banyak lahan "kosong" yang tidak produktif, hingga cabe, terong & seperadik-seperadiknya, kita beli dari luar. === beberapa tahun silam, saya menjadi pembicara dihadapan ratusan masyarakat di sebuah desa. kepada masyarakat yang didominasi ibu-ibu, saya tanyakan: "harga cabe naik?" dijawab "naiiiik" oleh mereka serentak. "bawang naik?" lagi-lagi dijawab serentak "naiiik". saya tanya lagi: "beras naik?" serentak menjawab: "naiiik....". saya masih terus bertanya: "daging ayam naik?". lagi-lagi jawabannya kompak serentak: "naiiiik...". kembali lagi saya tanya: "telor ayam juga naik?" jawabannya pun sama: "naiiik...". lantas saya lanjutkan: "bapaknya anak-anak naik?" tanpa banyak mikir, kompak jawab serentak: "naiiiik...". hening sejenak dan mereka tertawa serentak. "cuma itu yang disukai ibu-ibu kalau naik, yakni bapak-bapak. artinya bapak-bapak masih kuat dan ibu-ibu masih sehat" jawab saya sambil tersenyum dan disambut tawa ngakak ibu-ibu. ==== pasokan kebutuhan hidup seperti beras, minyak, telur, ayam, daging, sayur-sayuran dan lain sebagainya untuk masyarakat bangka belitung ternyata harus kita drop dari luar. ketidakmampuan & ketidakmandirian kita dalam memenuhi kebutuhan hidup ini sepertinya tidak perlu kita perpanjang dan harus ada perubahan mendasar (karakter) dari diri kita sebagai orang bangka belitung. sebab, yang paling mendasar seperti bumbu - bumbu dapur, ternyata kita harus membeli dari luar. bahkan saya pernah bertanya kepada masyarakat di kampung yang notabene adalah petani. "apa kunyit, terong, lengkuas, cabe, bawang, harus beli dari pangkalpinang?" mereka menjawab "iya". dulu, saya melihat orangtua kala pulang dari pangkalpinang, yang dijinjing adalah jagung rebus atau jeruk. sekarang tak jarang kita melihat orang kampung pulang dari pangkalpinang justru membawa yang namanya kunyit, lengkuas, cabe, apalagi bawang. terlebih ketika hendak lebaran atau kenduri. peristiwa seperti ini kita saksikan, betapa miris terjadi, padahal berapa luas lahan yang ada di depan mata kita yakni di kebun. namun, hari ini, kita menyaksikan kebun-kebun masyarakat hanya berisi tanaman keras saja, seperti sawit. tidak ada "prang prik" kebun sebagaimana kebun orangtua kita dulu. prang prik itu adalah bahasa kami masyarakat mendobarat yang berarti anekaragam tanaman kebutuhan sehari hari di kebun seperti kunyit, cabe, terong, lengkuas, ubi, dan lain sebagainya. "prang prik" ini adalah ketahanan pangan masyarakat kita tempo doeloe. lihatlah sejarah bagaimana orangtua kita ketika awal membuka kebun, ubi (singkong) adalah tanaman pertama yang mereka tanam, sebagai upaya ketahanan pangan keluarga. pergeseran cara kita berkebun bahkan kurangnya kreativitas kita memanfaatkan lahan, mungkin disebabkan beberapa faktor: (1) kurang kreatif tidak produktif. karakter kita yang sering disebut "dak kawa nyusah" ternyata melekat pada kreativitas dan produktivitas dalam mengelola lahan. bandingkan dengan masyarakat pulau jawa dan madura dalam memanfaatkan lahan sempit menjadi produktif. (2) dimanja lingkungan/alam. keberadaan kita di zona nyaman kerapkali semakin kuat karakter "dak kawa nyusah". begitu terbiasa kita merasa mudah mendapatkan uang, misalnya cukup nambang timah sebentar, sudah menghasilkan uang, akhirnya membuat kita tidak produktif dalam mengelola lahan dan memanfaatkannya untuk bercocok tamam, budidaya atau ternak. (3) lahan dikuasai pengusaha. kita akui, pengusaha-pengusaha di perkotaan menguasai lahan-lahan di pedesaan. kita tidak bisa menyalahkan pengusaha, sebab tidak akan mereka miliki kalau pemilik (masyarakat) tidak menjual. banyak lahan-lahan terbengkalai, tak bermanfaat sebab dimiliki oleh orang berduit dan dibiarkan begitu saja. tentunya kolaborasi menjadi penting sebagai bentuk solusi kedepannya agar lahan-lahan tersebut menghasilkan manfaat baik pemilik maupun pengelolanya. (4) tidak terbiasa "ngerinah" tumbuhan. karakter masyarakat kita di pulau bangka terbiasa dengan tanaman keras, yakni karet & lada. sedangkan tanaman seperti sayur-sayuran dianggap terlalu sangat menyita waktu bagi masyarakat. ketidakbiasaan dalam "ngerinah" (mengurus) ini menjadikan karakter "dak kawa nyusah" kian melekat dalam perilaku para petani kita. begitupula dengan budi daya dan peternakan tidak berkembang yang pastinya membutuhkan "pengerinahan" maksimal. nah, mengantisipasi ini semua, menurut saya perlu perbanyak "tukang ngulon" dalam kehidupan masyarakat kita pulau bangka. sebab, karakter masyarakat "asak lom ningok kek igik matanya sendirik, belum percaya" (kalau belum melihat langsung dengan biji matanya sendiri, maka belum percaya). itulah kita, tak pernah percaya pada teori atau sekedar katanya-katanya. oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk menjadi contoh, dan pengusaha membuat contoh bagaimana petani produktif, efektif dan kreatif. ciptakan anak-anak muda kampung yang sukses di bidang pertanian, peternakan dan budidaya. kalau tiap kecamatan ada bukti nyatanya, saya yakin akan merubah karakter masyarakat bangka. sebab perilaku "ikut-ikutan" itu sangat kokoh di tengah masyarakat kita. makanya, istilah "riuh madu riuh kumbang" itu masih menjadi istilah yang kita pakai guna mengkritik perilaku kita sendiri, yakni urang bangka. salam urang bangka!(*)
1
2
»
Tag
# ahmadi
# sopyan
# taring
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Babel Pos 9 Februari 2024
Berita Terkini
Yuri: Kongkrit, Komprehensif, Berjuang dan Tawakal Bersama-sama Dengan BERAMAL
Headline
1 jam
Kekuatan Pasangan BERAMAL: Membangun Bangka Belitung Berkolaborasi Tegak Lurus
Headline
2 jam
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Dinilai Baik, Mendiktisaintek: Tidak Wajib!
Headline
3 jam
King Faisal Specialist Hospital Memperkenalkan Layanan Patologi Virtual Perintis di Madinah
Headline
4 jam
Ini Dia Konsep, Fitur, dan Teknologi Varian Mitsubishi Xforce Ultimate DS
Headline
4 jam
Berita Terpopuler
Kabag Ops Polres Solok Selatan Tembak Kasat Reskrim, Dor! Dadan pun Menyerah
Headline
13 jam
Kerugian Negara Hanya Dihitung BPK Bukan BPKP, PT Timah Bukan BUMN!
Headline
13 jam
PJ Gubernur Resmikan SPKLU PLN Pertama
Pangkalpinang
13 jam
Kabag Ops Polres Solok Selatan Tembak Kasat Reskrim Hingga Tewas
Headline
21 jam
Polisi Tembak Polisi, DPR RI Bakal Panggil Kapolda Sumbar
Headline
20 jam
Berita Pilihan
Pernyataan Sandra Dewi Mengecewakan, Rp 420 M, Kemana?
Headline
1 bulan
Bos Smelter Ungkap, MoU Dengan PT Timah dan CSR untuk Bantu Pemerintah dan Rakyat
Headline
1 bulan
Sidang Tipikor Tata Niaga Timah Aon Cs, Saksi Tak Sebut Terdakwa?
Headline
1 bulan
Tipikor Timah, dari Super Heboh, Kini Mulai Senyap?
Headline
4 bulan
Dugaan Tipikor KUR BSB Naik Penyidikan, Siapa Calon Tersangka?
Headline
4 bulan